Koba, Babel, (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, hingga Oktober 2023 berhasil menekan angka kasus stunting sebesar 2,16 persen.
"Angka kasus stunting pada 2022 sebesar 21,6 persen dan hingga Oktober 2023 turun menjadi 19,44 persen, atau berhasil kita tekan 2,16 persen," kata Kepala Dinas Kesehatan Bangka Tengah Anas Maarif di Koba, Jumat.
Anas menjelaskan, bahwa pihaknya melakukan upaya pencegahan stunting dengan memberikan pil tambah darah kepada remaja, pemeriksaan kesehatan ibu hamil minimal enam kali ke pelayanan kesehatan dan dua kali USG.
"Setelah melahirkan, diimbau untuk melakukan pengecakan ke Posyandu guna penimbangan balita," ujarnya
Bangka Tengah sudah menetapkan lokus stunting di 13 desa dari enam kecamatan di daerah itu.
Lokus stunting di 13 desa di antaranya Batu Belubang, Belilik, Desa Tanjung Gunung, Lubuk Pabrik, Kulur Ilir, Sungai Selan, Sungai Selan Atas, Sarang Mandi, Romadhon, Tanjung Pura, Keretak Atas, Melabun, dan Kerantai.
"Stunting adalah kondisi dimana tinggi badan anak lebih pendek dibanding tinggi badan anak seusianya yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis dengan manifestasi kegagalan pertumbuhan yang dimulai sejak masa kehamilan hingga anak berusia 2 tahun," jelas Anas.
Menurut dia, kekurangan gizi pada masa janin dan usia dini akan berdampak pada perkembangan otak rendahnya kemampuan kognitif yang akan mempengaruhi prestasi sekolah dan lainnya.
Stunting disebabkan oleh faktor multidimensi antara lain praktek pengasuhan yang tidak baik, terbatasnya layanan kesehatan, kurangnya akses ke makanan bergizi, kurangnya akses akhir bersih dan sanitasi, sehingga penanganannya perlu dilakukan multi sektor.
“Sayangnya stunting ini acapkali terlambat dikenali, baru dapat dilihat setelah dua tahun," ujarnya.