Los Angeles (ANTARA) -
JN.1 bertanggung jawab atas 21,4 persen kasus infeksi baru di seluruh negara itu dan telah menjadi galur (strain) virus yang tumbuh paling cepat, demikian menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) AS.
Di wilayah Timur Laut, subvarian baru itu diyakini menyumbang sekitar sepertiga kasus baru.
CDC memproyeksikan bahwa JN.1 akan terus meningkat seiring dengan proporsi pengurutan genom SARS-CoV-2.
JN.1, yang terkait erat dengan varian BA.2.86 yang telah dilacak CDC sejak Agustus, kali pertama terdeteksi di AS pada September 2023. Hingga akhir Oktober, subvarian tersebut menyumbang kurang dari 0,1 persen virus SARS-CoV-2, papar CDC.
Terus meningkatnya kasus JN.1 menunjukkan bahwa virus itu lebih mudah menular atau lebih baik dalam menghindari sistem kekebalan tubuh kita, ungkap CDC.
Negara-negara di Eropa, termasuk Denmark, Spanyol, Belgia, Prancis, dan Belanda, mencatatkan pertumbuhan eksponensial dalam kasus JN.1, disertai dengan peningkatan kasus rawat inap. Subvarian tersebut juga menyebar dengan cepat di Australia, Asia, dan Kanada.
Saat ini, tidak ada bukti bahwa JN.1 menimbulkan peningkatan risiko terhadap kesehatan masyarakat dibandingkan varian lain yang beredar saat ini, sebut CDC.
Namun, para pejabat dan pakar kesehatan mendesak masyarakat untuk mendapatkan vaksin COVID-19 yang telah diperbarui guna menghindari dampak buruk dari virus tersebut.
Vaksin COVID-19 yang telah diperbarui diharapkan dapat meningkatkan perlindungan terhadap JN.1, seperti yang dilakukannya terhadap varian lainnya, kata CDC.
Baru-baru ini penyakit pernapasan meningkat di AS menjelang musim liburan akhir tahun dengan jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit karena COVID-19, flu, dan respiratory syncytial virus (RSV) mencapai level tertinggi sejak awal tahun ini.
Tercatat ada lebih dari 22.700 pasien baru yang dirawat di rumah sakit akibat COVID-19 di seluruh negara itu pada pekan yang berakhir 9 Desember, angka tertinggi sejak Februari, lapor data terbaru CDC.
Per 9 Desember, hanya sekitar 18 persen orang dewasa yang sudah menerima vaksin COVID-19 yang telah diperbarui, menurut CDC.