Mentok, Babel (ANTARA) - Bupati Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengajak seluruh warga memanfaatkan perayaan Idul Fitri 1445 Hijriah sebagai momentum membangun ketakwaan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik.
"Idul Fitri bukan hanya perayaan atas keberhasilan dalam menjalankan ibadah puasa sebulan, namun juga kemenangan hakiki dalam pencapaian kemenangan spiritual dan ketakwaan sosial," kata Bupati Bangka Barat Sukirman di Mentok, Rabu.
Ia juga menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh masyarakat Bangka Barat atas segala kesalahan yang dilakukan selama ini.
"Kami bukan orang yang sempurna dan namanya manusia pasti salah, mewakili Pemerintah Kabupaten Bangka Barat dan segenap keluarga kami meminta maaf," katanya.
Sementara Wakil Bupati Bangka Barat, Bong Ming Ming, mengatakan Idul Fitri merupakan salah satu hari kemenangan setelah melalui ujian selama puasa Ramadhan.
"Kita sudah melalui ujian melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh, semoga menjadi 'tarbiyah' (proses pengembangan jasad, akal dan jiwa) bagi kita semua," katanya.
Ia berharap dengan menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan bisa menjadi bekal di bulan-bulan berikutnya untuk menjadi manusia yang lebih baik.
"Semoga momentum ini membuat kita merasakan kemenangan hakiki dan menjadikan kita sebagai manusia yang lebih baik di masa mendatang," katanya.
Sementara itu, khatib shalat Idul Fitri 1445 Hijriah di Masjid Nurul Isalm Airbelo, Agus Sunawan, mengatakan perayaan Idul Fitri bukan seperti turnamen sepak bola atau kompetisi yang setiap kemenangannya harus dirayakan dengan euforia penuh kebanggaan.
"Kemenangan Idul Fitri adalah ketika kita berhasil meraih kematangan spiritual dan sosial setelah satu bulan penuh digembleng dan dididik di madrasah Ramadhan," katanya.
Secara spiritual, selama Ramadhan umat Muslim telah melakukan serangkaian ibadah, mulai dari puasa maupun ibadah-ibadah sunnah yang ada di dalamnya seperti shalat tarawih, tadarus Al Quran, beri’tikaf di masjid, dan sebagainya. Sudah seharusnya jika melalui bulan suci dengan maksimal dan melaksanakan beragam amalan di dalamnya.
Puasa tidak saja ibadah yang memiliki spiritual, tetapi juga ritual keagamaan yang mendidik kepekaan sosial pengamalnya. Saat berpuasa, sebagaimana ditegaskan Syekh ‘Izzuddin bin ‘Abdissalam, sejatinya manusia sedang digembleng agar memiliki rasa empati tinggi. Sebab, orang yang berpuasa akan merasakan payah menahan lapar dan haus selama kurang lebih tiga belas jam dalam kurun waktu satu bulan. Dengan pengalaman demikian akan menyadarkan seperti inilah nasib orang yang hidup berkekurangan.
"Saat Idul Fitri sudah tiba, sudah seharusnya kita mencapai titik empati sedemikian rupa karena sudah melalui hari-hari berpuasa selama satu bulan, mari kita renungi kembali momen suci ini untuk merasakan hari kemenangan dengan meraih nilai-nilai kemenangan yang seharusnya, kemenangan yang bukan karena kita telah selesai melewati jalan terjal Ramadhan, tetapi kemenangan sesungguhnya yang tidak saja berupa kematangan spiritual, melainkan juga pencapaian kepekaan sosial yang seharusnya diraih," katanya.
"Idul Fitri ini juga momentum bagi kita untuk lebih menghargai dan mencintai orang tua kita, tunjukkan rasa kasih sayang dan penghargaan kepada orang tua," katanya menambahkan.