Pangkalpinang (Antara Babel) - Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perternakan Provinsi Bangka Belitung (Babel) berupaya meningkatkan populasi ternak ayam jenis merawang untuk memenuhi konsumsi daging ayam masyarakat di daerah itu.
Pengembangan peternakan ayam khas Babel ini dalam upaya mengurangi ketergantungan daging ayam dari luar daerah yang cukup tinggi, selama bulan puasa Ramadhan dan Idul Fitri 1434 Hijriah," ujar Kabid Peternakan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perternakan (Distanbunnak) Babel Sulastri di Pangkalpinang, Kamis.
Ia menjelaskan jumlah populasi ayam merawang ini sekitar 1.570 ekor tersebar di Kecamatan Bangka, Bangka Barat, Bangka Selatan, Bangka, Tengah, Belitung, Belitung Timur dan Kota Pangkalpinang.
"Populasi ayam merawang di Babel cukup memprihatikan karena ayam ini sudah banyak dikembangkan di daerah lain sebagai ayam pedaging dan petelur," ujarnya.
Ia mengatakan, ayam khas Babel ini memiliki keunggulan yang lebih jika dibandingkan ayam khas daerah lainnya, seperti produksi telur yang tinggi dan ayam berumur tiga bulan sudah mencapai empat kilogram.
Menurut dia, pengembangan peternakan ayam merawang terkendala ketersediaan bibit yang kurang karena belum adanya pembibitan ayam berskala besar di daerah itu.
"Pembibitan ayam merawang masih berskala kecil, sehingga harga bibit ayam ini cukup tinggi sebesar Rp12 ribu per ekor," ujarnya.
Selain itu, pengembangan ayam merawang terkendala pakan ternak yang tinggi karena hampir 100 persen pakan ternak dipasok dari Pulau Jawa dan Sumatera.
"Saat ini, peternakan ayam merawang masih dikembangkan secara tradisional untuk mengurangi biaya pakan yang tinggi," ujarnya.
Menurut dia, pola ternak ayam tradisional ini berdampak ternak ayam mudah terserang penyakit, sehingga tingkat kematian ternak cukup tinggi.
"Pada saat cuaca hujan atau tidak menentu, ternak ayam yang dilepas begitu saja mudah terserang penyakit seperti flu burung, tetelo dan lainnya," ujarnya.
Untuk itu, kata dia, kami berupaya untuk memancing animo masyarakat untuk lebih serius mengembangkan kembali ayam khas daerah ini untuk menambah pendapatan keluarga.
"Kami berupaya mencari solusi terbaik agar masyarakat mudah mengembangkan peternakan ini dan solusi tahap pertama, kami berupaya meningkatkan animo masyarakat melalui kegiatan sosialisasi, selanjut bantuan permodalan, pengadaan alat pembibitan, pakan dan lainnya untuk mengurangi biaya pengembangan ayam tersebut," ujarnya.