Jakarta (ANTARA) - Timnas Indonesia U-23 tampil luar biasa di laga terakhir fase Grup Piala Asia U-23 melawan Jordania. Marcelino Ferdinand dan kawan-kawan memantapkan langkahnya ke babak 8 besar dengan kemenangan telak atas Jordania 4-1.
Meski secara statistik tidak terlampau jauh, namun dari sisi level permainan Timnas Indonesia berhasil tampil dominan dan mengungguli Jordania. Koneksi antar pemain memudahkan Timnas untuk memainkan umpan-umpan kombinasi dengan sirkulasi bola super cepat.
Setplay build up yang dipraktikkan Shin Thae-yong [STH] mengingatkan kita pada setplay yang biasa dipraktikan klub medioker EPL, yaitu Brighton & Hove Albion. Klub ini secara materi tidak terlalu mentereng, namun memiliki kualitas permainan yang mumpuni.
Juru taktik Manchester City, Pep Guardiola pernah mengakui Brighton sebagai tim yang memiliki kemampuan build up terbaik di dunia. Pep bahkan terang-terangan mengcopy paste model taktikal ala Roberto De Zerbi tersebut.
Cerita kesuksesan Brighton inilah yang nampaknya ingin dipraktikkan Coach STH. Ia sadar bahwa secara materi, Timnas Indonesia tidak terlalu bagus. Karena itu ia memadukan materi yang berasal dari klub lokal dengan materi hasil naturalisasi yang sudah terbiasa dengan permainan sepakbola modern seperti Nathan Tjoen-A-On atau Ragnar Oratmangoen.
Sejauh ini, taktik yang dimainkan Coach STH cukup berhasil. Tinggal ke depan, kita mempertahankan pola seperti ini sambil memperbaiki kualitas penyelenggaraan Liga di dalam negeri.
Kerja keras
Perlu diingat, kemenangan Timnas Indonesia U-23 atas Jordania bukan cuma soal hasil akhir, tetapi juga menjadi cerminan dari kerja keras dan dedikasi semua pihak untuk kemajuan sepakbola Indonesia. Ini tentu saja menjadi kabar baik bagi masa depan Timnas Indonesia maupun sepakbola Indonesia secara keseluruhan.
Kemenangan ini juga menandai sejarah baru sepakbola Indonesia. Karena setelah sekian lama absen dari panggung internasional, Timnas Indonesia akhirnya mampu mencapai perempat final Piala Asia U-23. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun masih banyak kendala dan tantangan, tetapi semangat juang timnas Indonesia tidak pernah padam.
Para punggawa Merah Putih membuktikan bahwa dengan kerja keras dan tekad yang kuat, mimpi untuk mengangkat nama Indonesia di kancah internasional bukanlah sekadar angan belaka.
Rasanya tidak berlebihan jika apresiasi kita alamatkan juga kepada Ketua Umum [Ketum] PSSI, Erick Thohir. Karena kerja kerasnya memperbaiki sepakbola Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebagai Ketum PSSI, Erick Thohir telah melakukan banyak upaya untuk mengubah wajah sepakbola Indonesia. Dia membawa perubahan yang nyata, mulai dari restrukturisasi kompetisi hingga peningkatan fasilitas dan pembinaan pemain.
Alasan lain adalah karena api semangat Erick Thohir terbukti tak mudah padam. Sekadar mengingat kembali, di era kepemimpinan Erick Thohir Indonesia nyaris menggelar perhelatan akbar Piala Dunia U-20. Namun karena kepentingan politik kelompok tertentu kesempatan itu pun hilang di depan mata.
Kecewa sudah pasti, namun Erick Thohir bersama insan sepakbola lainnya tidak lantas putus asa. Hasilnya, kita bisa lihat lewat performa apik anak asuh Shin Tae-Yong di ajang Piala Asia U-23 di tahun 2024. Di titik ini, Erick Thohir membuktikan kinerjanya tidak sekadar dengan kata-kata.
Di titik ini pula, rasanya tidak berlebihan jika kita kembali menyematkan julukan ‘Raja Midas’ terhadapnya. Karena dengan tangan dinginnya, ia berhasil mengubah Timnas Indonesia dengan performa luar biasa dan mental juara.
Kemenangan Timnas U-23 adalah bukti bahwa upaya Erick Thohir bersama PSSI dalam meningkatkan kualitas sepakbola Indonesia tidak sia-sia. Jika bukan karena pengalaman dan jaringan sepakbola yang luas, meminta klub-klub Eropa merelakan pemainnya bermain untuk Indonesia tentu tidak mudah.
Transformasi menyeluruh
Namun, kemenangan ini juga menjadi momentum untuk terus berbenah. Masih ada banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh PSSI dan seluruh pemangku kepentingan sepakbola Indonesia. Dari pembinaan pemain hingga infrastruktur stadion, semua harus terus ditingkatkan agar prestasi seperti ini dapat terus diraih secara berkelanjutan.
Kita berharap bahwa kemenangan ini bukanlah sekadar kilas balik kejayaan masa lalu, tetapi merupakan awal dari era baru bagi sepakbola Indonesia. Era di mana kita bisa bersaing secara serius di kancah internasional, mengangkat prestasi bangsa, dan menginspirasi generasi muda untuk mencintai olahraga sepakbola. Bersama-sama, mari terus mendukung dan mendorong perkembangan sepakbola Indonesia menuju prestasi yang lebih gemilang di masa depan.
Kemenangan ini bukan hanya prestasi bagi timnas, tetapi juga mencerminkan transformasi besar yang sedang dilakukan oleh Erick Thohir dalam memperbaiki sepak bola Indonesia melalui tubuh PSSI.
Sebagai catatan, sepak bola saat ini tengah mengalami transformasi luar biasa. Sepak bola mengalami perubahan dari sekedar olahraga menjadi industri bisnis global yang menggerakkan miliaran dollar setiap tahunnya. Jika dulu sepak bola sekadar permainan yang menyenangkan, sekarang jadi fenomena sosial ekonomi yang mendunia.
Banyak orang termotivasi untuk menjadi bagian dari sepak bola. Kini sepak bola bukan sekadar kesenangan, tapi kesempatan mendapatkan uang berlimpah yang tak didapat dari bisnis lain. Sepakbola menjadi industri olahraga dan tontonan yang menarik dan menguntungkan.
Uniknya, sepak bola jadi hal yang tak bisa tergantikan dengan AI sekalipun, kesenangannya punya nilai lebih ketika betul-betul disaksikan di lapangan yang sebenarnya, bukan ruang digital atau kita kenal sebagai metaverse.
Posisi kecerdasan buatan dan teknologi digital lainnya adalah sebagai penunjang agar tayangan pertandingan sepakbola menjadi lebih menarik. Keputusan wasit di tengah lapangan juga menjadi lebih akurat, sehingga sepakbola betul-betul bisa dimainkan dengan sportif dan fair play.
Di sinilah pentingnya PSSI, seperti diungkap Erick Thohir melakukan transformasi secara menyeluruh. Mulai dari mengurus Timnas hingga melakukan sinkronisasi program kompetisi berjenjang. Kuncinya, tugas utama PSSI adalah mengurus Timnas, setelah itu baru bersinergi dengan Liga.
Jika sudah begitu, barulah sepakbola Indonesia bisa disebut telah melakukan transformasi yang sesungguhnya. Dimana pertandingan sepakbola tidak lagi sekadar sebuah kesenangan, namun juga tontonan yang memberi keuntungan baik material maupun spiritual.
*Muhammad Muchlas Rowi adalah Sekretaris ASPROV PSSI DKI 2014 -2017