Jakarta (ANTARA) - Apa yang ditakutkan penggemar Liverpool musim ini setelah ditinggal Jurgen Klopp musim lalu tampaknya tak akan terwujud, setidaknya dari dua laga awal Liga Inggris yang terlihat menjanjikan.
Pelatih baru Arne Slot datang dengan beban berat di pundaknya. Para penggemar menitipkan klub kesayangannya kepadanya untuk kembali merajai Inggris atau setidaknya finis di empat besar pada musim pertamanya.
Dengan tanpa pemain yang didatangkan, Arne menjawab itu dengan gagah. Ia membawa Liverpool menyapu bersih dua laga dengan kemenangan dan clean sheets, baik di tandang dan kandang.
Pertama ia mengantarkan Liverpool menang di laga debutnya sebagai pelatih saat mencuri tiga poin dari tim promosi Ipswich Town di Portman Road dengan skor 2-0 melalui gol Diogo Jota dan Mohamed Salah.
Catatan itu membuatnya menjadi pelatih Liverpool pertama yang memenangi laga debutnya di kompetisi resmi setelah era Gerard Houllier dan Roy Evans pada 1998.
Babak pertamanya sebagai nahkoda The Reds sama sekali tak memuaskan. Namun, memasuki babak kedua, ia melakukan perubahan cepat dengan memasukkan Ibrahima Konate untuk menggantikan Jarell Quansah.
Permainan timnya berubah total. Melalui skema cantik di sisi kanan, Jota menjadi finisher klinis di depan gawang saat menyelesaikan umpan Salah untuk menjadi pencetak gol pertama di era pelatih baru.
Beberapa menit setelahnya, Salah tak ingin ketinggalan untuk mencetak gol di laga pembuka, sesuatu yang rutin dilakukannya selama enam musim berbaju merah.
Laga keduanya melawan Brentford di Anfield berjalan sedikit lebih baik. Liverpool memukul Brentford dengan skor yang sama, 2-0 melalui gol Luis Diaz dan Salah, dan membuat pelatih asal Belanda itu menjadi pelatih pertama sejak 1991 yang meraih dua kemenangan pada laga pembuka kompetisi resmi pada dua laga debut menjadi melatih The Reds.
Dua taktik Klopp
Dua taktik Klopp terlihat pada gol ini. Pertama adalah gol counter attack cepat dan kedua gol yang berawal dari pressing tinggi.
Meski “Klopp Ball” masih terlihat di permainan Liverpool, “Arne Slot Ball” juga menunjukkan wajah permainannya yang elegan dan fresh, dengan “one touch pass”.
Taktik ini beberapa kali yang sangat efektif meruntuhkan organisasi pertahanan pasukan Thomas Frank.
Dalam eksekusinya, taktik ini membutuhkan aliran bola cepat dan pergerakan para pemain yang cair. Dan Liverpool mampu melakukannya dengan sangat memanjakan mata, meski sayangnya masih ada yang berujung gol.
Jika Klopp terkenal menggebu-gebu dan enerjik di pinggir lapangan, Arne lebih memilih menjadi sosok yang kalem dan cool.
Arne juga terlihat menjadi sosok yang lebih “galak”, jujur, dan straight to the point daripada Klopp yang terkadang kerap tak enak hati, seperti contoh saat mengganti pemain bintangnya.
Mantan pelatih Feyenoord itu hanya membutuhkan dua laga untuk berani mengganti menarik keluar bintang dan scousers (penduduk asli Liverpool) Trent Alexander-Arnold pada menit ke-70 ke atas digantikan Conor Bradley.
Hal yang sama juga dilakukannya dengan mengganti bintang lainnya, Mohamed Salah.
Di depan media Inggris, Arne juga tak segan melempar kritikan tajam bahwa mereka suka melebih-lebihkan sesuatu, contohnya pada potensi banyak cedera rekrutan barunya Federico Chiesa pada musim ini setelah sang pemain memiliki riwayat cedera ACL.
“Ini bukan pertama kalinya media Inggris melebih-lebihkan! Saya pikir benar dia mengalami cedera jangka panjang dengan ACL-nya, tapi selebihnya menurut saya dia tidak mengalami cedera parah,” kata pelatih 45 tahun itu.
Dengan dua kemenangan dengan dua clean sheets, pekerjaan Arne belum bisa dapat dikatakan sempurna karena masih banyak yang harus dibenahinya.
Namun, dua laga itu setidaknya dapat menjadi simbol “selamat datang” yang melegakan pada era rezim baru di klub Merseyside Merah.
Ujian sesungguhnya
Setelah dua kemenangan pada dua laga ada di tangan, ujian sesungguhnya dari Liverpool-nya Arne Slot datang pada akhir pekan ini ketika mereka tandang ke Old Trafford melawan Manchester United (MU).
Old Trafford sempat menjadi “arena bermain” Mohamed Salah dan kawan-kawan. Namun, dalam dua musim terakhir mereka sulit meraih kemenangan di stadion berjuluk Theatre of Dreams tersebut.
Di pekan ketiga Liga Inggris 2022/2023, Old Trafford menjadi mimpi buruk Liverpool ketika mereka gagal mendapatkan kemenangan pada tiga laga pembuka setelah kalah 1-2.
Di musim itu, rentetan hasil buruk terus menemui Liverpool hingga mereka gagal finis di zona LIga Champions pada akhir musim.
Pada musim lalu, Liverpool bahkan tak mampu menaklukkan MU. Di awali dengan laga dengan skor kacamata di Anfield, pada laga berikutnya Liverpool dibungkam dengan skor 3-4 di Old Trafford pada ajang Piala FA.
Momentum masih dapat terjaga apabila Liverpool meraih kemenangan melawan MU di Liga Inggris. Namun, saat itu mereka kembali gigit jari setelah hanya berhasil memetik satu poin.
Dua hasil negatif melawan Setan Merah terasa sangat menyakitkan bagi Liverpool saat itu karena berimbas pada mentalitas tim.
Ruang ganti tim semakin memburuk saat mereka tersingkir dari Liga Europa setelah dikalahkan Atalanta dengan agregat 1-3, dengan kekalahan leg pertama dengan skor 0-3 terjadi di Anfield, markasnya yang dikenal angker.
Tersingkir di Piala FA dan Liga Europa membuat fokus Liverpool dapat tertuju pada satu titik, mengerahkan segalanya untuk menjuarai Liga Inggris.
Namun, hasil berkata lain. Hasil negatif melawan musuh bebuyutan MU dan disingkirkan Atalanta di Liga Europa menjadi pukulan telak bagi mereka.
Ujian sesungguhnya
Setelah dua kemenangan pada dua laga ada di tangan, ujian sesungguhnya dari Liverpool-nya Arne Slot datang pada akhir pekan ini ketika mereka tandang ke Old Trafford melawan Manchester United (MU).
Old Trafford sempat menjadi “arena bermain” Mohamed Salah dan kawan-kawan. Namun, dalam dua musim terakhir mereka sulit meraih kemenangan di stadion berjuluk Theatre of Dreams tersebut.
Di pekan ketiga Liga Inggris 2022/2023, Old Trafford menjadi mimpi buruk Liverpool ketika mereka gagal mendapatkan kemenangan pada tiga laga pembuka setelah kalah 1-2.
Di musim itu, rentetan hasil buruk terus menemui Liverpool hingga mereka gagal finis di zona LIga Champions pada akhir musim.
Pada musim lalu, Liverpool bahkan tak mampu menaklukkan MU. Di awali dengan laga dengan skor kacamata di Anfield, pada laga berikutnya Liverpool dibungkam dengan skor 3-4 di Old Trafford pada ajang Piala FA.
Momentum masih dapat terjaga apabila Liverpool meraih kemenangan melawan MU di Liga Inggris. Namun, saat itu mereka kembali gigit jari setelah hanya berhasil memetik satu poin.
Dua hasil negatif melawan Setan Merah terasa sangat menyakitkan bagi Liverpool saat itu karena berimbas pada mentalitas tim.
Ruang ganti tim semakin memburuk saat mereka tersingkir dari Liga Europa setelah dikalahkan Atalanta dengan agregat 1-3, dengan kekalahan leg pertama dengan skor 0-3 terjadi di Anfield, markasnya yang dikenal angker.
Tersingkir di Piala FA dan Liga Europa membuat fokus Liverpool dapat tertuju pada satu titik, mengerahkan segalanya untuk menjuarai Liga Inggris.
Namun, hasil berkata lain. Hasil negatif melawan musuh bebuyutan MU dan disingkirkan Atalanta di Liga Europa menjadi pukulan telak bagi mereka.
Trofi ke-20 Liga Inggris
Trofi ke-20 Liga Inggris melayang dan jatuh ke tangan Manchester City setelah Liverpool meraih rentetan hasil buruk pada pekan-pekan penentu, dimulai kalah 0-1 Crystal Palace di Anfield, kalah 0-2 di Derby Merseyside melawan Everton, dan ditahan imbang West Ham United dengan skor 2-2.
Akhir pekan ini, Arne berkesempatan membuktikan tajinya kembali. Ia dituntut untuk membuktikan apakah dua kemenangan Liverpool adalah bukti kejeniusannya atau hanya fase “honeymoon” belaka sebelum nantinya memasuki libur international break selama dua pekan.
Pelatih 45 tahun itu mempunyai modal bagus melawan MU asuhan Erik ten Hag pada pramusim di Amerika Serikat yang ia menangkan dengan skor 3-0.
Ketika disinggung tentang itu, Arne mengatakan laga itu tak akan mempengaruhi apapun jalannya laga di Old Trafford.
Laga dengan kemenangan tiga gol itu didapatkan timnya karena saat itu dimainkan di tempat netral dan berisi mayoritas skuad muda, situasi yang sangat berbeda dengan apa yang terjadi pada laga hari Minggu nanti.
“Jadi Anda tidak bisa membandingkan pertandingan itu dengan pertandingan pada hari Minggu,” ucapnya.
Ini adalah laga North-West Derby pertamanya. Selayaknya laga De Klassieker antara Feyenoord melawan Ajax Amsterdam di Belanda, ia juga tahu betul arti laga Liverpool melawan Manchester United bagi para pemain dan penggemar.
“Jika Anda mulai bekerja di Liverpool, semua orang tahu, setiap pemain yang datang tahu dan setiap manajer yang datang tahu betapa pentingnya pertandingan melawan United,” kata Arne.
“Mirip dengan ketika Anda bekerja di Feyenoord, seberapa besar pertandingan melawan Ajax,” tutupnya.