Bangka (ANTARA) - Tim dokter di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Depati Bahrin Sungailiat Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menemukan penyakit Kawasaki pada pasien anak inisial RA (4) warga Kota Sungailiat.
Dokter spesialis anak RSUD Depati Bahrin, dr Fadhilah Ihsani,Sp.A dalam keterangan, Kamis mengatakan penyakit Kawasaki disease baru pertama kali ditemukan pada pasien di rumah sakit ini.
Balita itu diketahui terserang penyakit Kawasaki disease setelah dilakukan tindakan operasi dan didapati usus buntu pasien sudah meradang. Operasi dilakukan sesuai anjuran dr Goklash,SpB sebagai dokter penanggung jawab pelayanan.
Namun setelah operasi, demam pasien belum menurun, justru muncul gejala mata merah, pembengkakan di kaki, kuku membiru. Kemudian dari hasil observasi dokter spesialis anak dr Fadhilah Ihsani,Sp.A dan dokter spesialis jantung dr Endang Kusreni,Sp. JP , ditemukan pembengkakan di pembuluh darah jantung berdasarkan hasil pemeriksaan echocardiography/USG Jantung. Dari gejala yang muncul dan hasil pemeriksaan jantung pasien, balita tersebut didiagnosa Kawasaki disease.
"Untuk mengatasi serangan fase akut Kawasaki syndrome yang harus diberikan kepada pasien dalam 10 hari sejak muncul gejala pertama," kata dia.
Hanya saja, karena jenis penyakit itu baru pertama kali ditemukan di RSUD Depati Bahrin dan belum tersedia obat Immune Globulin Injection (Gamaraas), waktu itu pihaknya terpaksa melakukan pemesanan obat langsung ke distributor obat yang ada di Palembang, Sumatera Selatan.
Dijelaskan, setelah pemesanan obat tersebut tiba dan langsung pemberian 14 botol obat Gamaraas selesai dalam 12 jam, kondisi pasien membaik dan gejala yang dialami mereda.
Pasien dirawat selama tiga hari di ruang rawat intensif (PICU) dan setelah kondisi pasien semakin membaik dan dinyatakan berhasil melewati fase akut, pasien dikembalikan ke ruang rawat biasa. Setelah selesai perawatan di RSUD Depati Bahrin, pasien RA tetap membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut sehingga perlu dirujuk ke Jakarta.
"Penyebab Kawasaki disease ini belum diketahui secara pasti. Penyakit ini memang lebih banyak menyerang anak-anak berusia 0 (nol) hari sampai lima tahun," kata Fadhilah Ihsani.
Dijelaskan gejala penyakit ini awalnya mirip dengan demam berdarah. Misalnya suhu badan tinggi terus menerus hingga lima hari atau lebih. Setelah suhu badan panas berkepanjangan, biasanya diikuti dengan gejala-gejala yang lain seperti bibir dan lidah kering, pecah-pecah, serta kemerahan,muncul ruam merah pada tubuh, mata merah, tangan dan kaki membengkak serta memerah dan pembengkakan kelenjar getah bening di area leher.
Direktur RSUD Depati Bahrin, dr Yogi Yamani, Sp. B mengapresiasi tim dokter RSUD Depati Bahrin yang cepat mendeteksi dini penyakit tersebut dan bisa menangani sesuai dengan SOP dan standar pengobatan sehingga pasien tersebut bisa diselamatkan.
Temuan penyakit yang baru pertama kali di Kabupaten Bangka, kata dia, hasil dari kolaborasi yang baik antara dokter Spesialis Bedah, dokter Spesialis anak dan dokter spesialis jantung sehingga pasien bisa melewati fase akut penyakit Kawasaki.
"Tujuannya hanya satu untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien sesuai dengan paradigma pelayanan rumah sakit di era modern ini yaitu pasien center care, jadi semua pelayanan itu harus berorientasi kepada kebutuhan atau kepentingan si pasien bukan untuk kepentingan rumah sakit semata," kata Yogi.
Ia mengatakan, RSUD Depati Bahrin sebagai rumah sakit Pengampu Strata Madya untuk program prioritas Kementerian Kesehatan yaitu program penyakit kanker, jantung, stroke dan Uronefrologi terutama untuk pelayanan jantung, dewasa dan anak-anak.
"Untuk pelayanan jantung anak pun bisa dideteksi secara dini sehingga untuk pelayanan jantung anak pun kita bisa tata laksana dengan sebaik mungkin," ujarnya.
Penyakit Kawasaki ditemukan oleh Tomisaku Kawasaki di Jepang tahun 1967 dan saat itu dikenal sebagai Mucocutaneous Lymphnode Syndrome. Penyakit ini dapat mempengaruhi berbagai bagian tubuh, termasuk jantung.
Di Indonesia, belum banyak masyarakat memahami penyakit yang berbahaya ini, bahkan di kalangan medis sekalipun. Angka kejadian per tahun di Jepang tertinggi di dunia, yaitu berkisar 1 kasus per 1.000 anak balita, disusul Korea dan Taiwan. Indonesia baru resmi tercatat dalam peta penyakit kawasaki dunia setelah laporan seri kasus penyakit Kawasaki awal tahun 2005.
Diduga, kasus di Indonesia tidak sedikit dan menurut perhitungan kasar, berdasarkan angka kejadian global dan etnis, tiap tahun akan ada 3.300-6.600 kasus penyakit Kawasaki. Komplikasi yang paling serius dari penyakit Kawasaki adalah peradangan pada arteri koroner, yang dapat menyebabkan Aneurisma jantung, serangan jantung, atau masalah jantung lainnya. Oleh karena itu, diagnosis dan pengobatan yang cepat sangat penting .Tingkat mortalitas penyakit Kawasaki sangat rendah, terutama jika didiagnosis dan diobati dengan cepat.
Meskipun kebanyakan anak pulih sepenuhnya, komplikasi serius, seperti Aneurisma arteri koroner, dapat terjadi, yang bisa berpotensi mengancam jiwa. Pemantauan jangka panjang terhadap kesehatan jantung anak yang pernah mengalami penyakit Kawasaki sangat penting untuk mendeteksi dan mengelola komplikasi yang mungkin terjadi.