Belitung (ANTARA) -
"Terkait dengan microsurfacing di Renstra PUPR, sebagai pengembangan inovasi penyelenggaraan pembangunan jalan dan jembatan. Jadi salah satunya ini sebagai inovasi teknologi di Indonesia. Jadi baru pertama di Jalan Nasional di Indonesia," kata Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Bangka Belitung Arief Syarif Hidayat di Belitung, Jumat.
Di tempat yang sama, Kepala Satuan Kerja Penanganan Jalan Nasional (PJN) Wilayah II Bangka Belitung Rima Qotrun Nada menyampaikan bahwa BPJN Babel menjadi yang pertama kali melaksanakan inovasi pemeliharaan preventif menggunakan teknologi lapis permukaan mikro atau microsurfacing.
Proyek itu dilaksanakan di Jalan Sudirman dengan panjang 2,2 km di Kota Tanjung Pandan, Ibu Kota Kabupaten Belitung.
Ia menuturkan, berdasarkan rencana strategis (Renstra) Kementerian PUPR 2020-2024 salah satu misi kementerian tersebut yakni menyelenggarakan pembinaan jasa konstruksi yang berkualitas dengan penerapan inovasi teknologi di bidang jalan dan jembatan untuk perbaikan yang berkelanjutan.
"Kami menyelenggarakan pembinaan jalan jasa konstruksi yang berkualitas. Pada tahun 2024 ini kami melaksanakan microsurfacing yang merupakan pekerjaan yang pertama kali di Indonesia. Jadi, daerah-daerah lain ini di Indonesia belum," katanya Rima.
Rima menjelaskan microsurfacing merupakan lapisan tipis dihampar di atas perkerasan jalan yang terdiri dari campuran agregat, aspal emulsi, air, dan polimer (SBS/Latex/SBR/lainnya).
"Polimer ini digunakan bertujuan untuk dapat meningkatkan elastisitas aspal pada suhu rendah dan meningkatkan kestabilan aspal pada suhu tinggi," jelasnya.
Proyek microsurfacing menggunakan sumber dana APBN tahun anggaran 2024 dengan nilai kontrak Rp3.823.539.000. Masa pelaksanaan selama 180 hari kalender enam bulan yang dimulai sejak 13 Mei 2024.
"Pekerjaan Microsurfacing dilaksanakan oleh PT. Sarana Jatra Konstruksi Pratama dan dilakukan pengawasan oleh PT. Astadipati Duta Harindo KSO," ujarnya.
Microsurfacing diterapkan di Jalan Sudirman (Tanjungpandan) adalah tipe 2 dengan penghamparan rata-rata antara 8,1 kg/m2 – 16,3 kg/m2.
Penggunaan microsurfacing, lanjut Rima, mendukung peningkatan ekonomi masyarakat petani karet dengan cara penggunaan polimer berbahan dasar getah dari pohon karet.
Ia mengungkapkan, pemilihan Jalan Sudirman sebagai lokasi pertama microsurfacing karena merupakan ruas jalan nasional yang memiliki kriteria paling lengkap; LHR tinggi atau lebih dari 5.000 kendaraan per hari, telah mengalami keausan dan beberapa kerusakan minor lain seperti retak, alur, dan lubang.
Kebanyakan kerusakan ini disebabkan akibat kendaraan berat yang menggunakan lajur dekat median ditambah intrusi air hujan dari median jalan yang masih tanah/taman.
"Bila dilihat dari hasil survei IRI (International Roughness Index) atau kerataan tanah di semester 2 tahun 2023, nilai IRI masih berkisar antara 2 - 5 yang tergolong jalan dengan kondisi mantap, namun PCI (Pavement Condition Index) nya berkisar antara 31,47 persen – 100 persen," terangnya.
Disebutkan, beberapa kegunaan microsurfacing yaitu, sebagai lapisan kedap air, dapat memperbaiki profil permukaan jalan yang retak, aus, dan beralur, meningkatkan kekesatan jalan, serta mencegah jalan teroksidasi sehingga dapat meningkatkan keawetan jalan di bawahnya.
Microsurfacing juga memiliki kelebihan; lebih ramah lingkungan karena hanya menggunakan satu peralatan penghampar dan penggunaan bahan alami, serta lebih mudah dikerjakan dan mengurangi biaya operasional kendaraan (mengurangi bising, ketahanan ban kendaraan lebih lama, dan lebih hemat bahan bakar).
Ia berharap dengan berhasilnya pekerjaan microsurfacing di BPJN Babel, dapat menjadi percontohan untuk wilayah lainnya di Indonesia sehingga dapat meningkatkan kenyamanan berkendara.
"Mendukung perekonomian masyarakat, serta menjaga kondisi jalan nasional tetap mantap untuk umur yang lebih lama dengan biaya yang lebih ekonomis," tutur Rima.
Dia menambahkan, meskipun microsurfacing merupakan pertama kalinya di Indonesia, namun hal itu sudah sering diterapkan di luar negeri.
"Awalnya teknologi microsurfacing dimulai di Jerman pada tahun 1960-1970an yang mencari cara untuk mengisi alur roda, kemudian teknologi ini dibawa dan dikembangkan di Amerika pada tahun 1980an, yang selanjutnya digunakan di negara-negara lain hingga saat ini," kata Rima.