Miami (Antara Babel) - Ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan karena
frustrasi atas terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat
pada Jumat ke Sabtu di beberapa kota, termasuk Portland, Oregon, tempat
salah satu pengunjuk rasa ditembak.
Pria tak dikenal itu terluka
di jembatan Morrison, Portland pada pukul 00:45 waktu setempat saat ia
dan puluhan demonstran lainnya menyeberang di sana selama aksi mereka,
yang diketahui merupakan salah satu dari beberapa tempat protes di
seluruh negeri yang mengecam retorika kampanye Trump tentang imigran,
Muslim dan perempuan.
Dalam insiden Portland, kata kepolisian dalam sebuah pernyataan,
seorang pria keluar dari kendaraannya di jembatan tempat demonstrasi itu
kemudian menembak sang pengunjuk rasa yang dibawa ke rumah sakit dengan
keadaan luka. Tersangka masih buron, polisi menambahkan.
Sebelumnya pada malam hari, pengunjuk rasa memblokir lalu lintas dan
melemparkan benda-benda ke arah polisi Portland yang mengenakan
perlengkapan anti huru-hara menanggapi dengan semprotan merica dan
perangkat flash-bang.
Pada satu tempat, polisi mendorong pengunjuk rasa kembali dan
menangkap setidaknya satu orang untuk ditahan, berdasar rekaman lokal
yang berafiliasi dengan NBC.
Ratusan pengunjuk rasa juga berbaris melalui jalanan Los Angeles,
memblokir lalu lintas saat mereka melambaikan tangan lambang-lambang
penolakan Trump dan meneriakkan "Kami menolak presiden terpilih" dan
"Jalanan kami".
Ribuan aktivis berbaris melalui pusat kota Miami, dengan ratusan
lainnya berjalan ke jalan raya dan menghentikan lalu lintas di kedua
arah.
Di New York, demonstran kembali berkumpul di Washington Square Park
di samping Trump Tower, Fifth Avenue, di mana presiden terpilih dari
Partai Republik itu tinggal.
Trump, yang awalnya mengecam warga Amerika yang memprotes pemilu,
mengatakan mereka telah "terhasut" oleh media, namun berbalik arah dan
memuji mereka pada Jumat (11/11).
"Menyukai fakta bahwa kelompok-kelompok kecil pengunjuk rasa malam
terakhir memiliki gairah untuk negara kita yang besar. Kita semua akan
bersatu dan bangga!," kata Trump di Twitter.
"Cuitan-cuitannya" merupakan bukti lebih lanjut dari pesan campur
aduk Trump sejak ia mengumumkan pencalonannya 17 bulan yang lalu.
Setelah kandidat Partai Demokrat Hillary Clinton mengakui kekalahannya
pada Rabu (9/11) pagi, ia mengambil nada yang jauh lebih lunak daripada
yang sering ditampilkannya selama kampanye dan berjanji untuk menjadi
presiden untuk semua orang Amerika.
Hak sipil, hak asasi manusia
Demonstran anti-Trump telah
menyuarakan kekhawatiran bahwa kepresidenannya yang akan dimulai pada 20
Januari 2017 mendatang, akan melanggar hak-hak sipil dan asasi manusia
warga Amerika.
Mereka mengutip kampanyenya yang berjanji untuk membatasi imigrasi
dan mendata Muslim, serta tuduhan mantan bintang reality show tersebut
melakukan pelecehan seksual pada wanita.
Para pengunjuk rasa di berbagai kota juga meneriakkan slogan-slogan,
termasuk "Tidak benci! Tidak takut! Imigran diterima di sini!" dan
membawa spanduk bertuliskan "makzulkan Trump".
Kelompok supremasi kulit putih termasuk Ku Klux Klan (KKK) telah
memuji pemilu yang dimenangkan Trump, beberapa kelompok advokasi hak-hak
sipil telah melaporkan lonjakan serangan terhadap minoritas menyusul
kemenangan Trump.
Trump sendiri menolak dukungan KKK ini.
Sebagian besar protes di seluruh Amerika, yang juga terjadi di
Washington DC, kebanyakan terdiri dari golongan tua, muda dan mahasiswa.
Dengan negara yang terbagi secara merata, banyak pemilih dikejutkan
oleh hasilnya mengingat poling jajak pendapat gagal memprediksi
kemenangan Trump. Partai Republik juga berhasil mempertahankan suara
mayoritas di dua majelis Kongres dalam pemilihan tersebut.
Demonstrasi anti-Trump lebiha banyak lagi direncanakan pada akhir
pekan, termasuk di New York dan Los Angeles. Sebuah kelompok yang
menyebut gerakannya "#NotMyPresident" telah menjadwalkan aksi besar
anti-Trump di Washington pada 20 Januari 2017 mendatang, ketika
pengusaha New York tersebut secara resmi menggantikan Barack Obama.
Ketua Komite Nasional Partai Republik Reince Priebus, Jumat (11/11),
mengakui pertarungan ketat dengan Clinton, tetapi dia juga mengatakan
pengunjuk rasa anti-Trump harus menerima hasil pemilu.
Dia menegaskan seruan Trump untuk bersatu dan pertemuan pada Kamis
dengan Obama dan petinggi Republik sebagai alasan penjaminnya.
Barikade pihak keamanan, sekarang melindungi beberapa properti Trump
yang paling terlihat, termasuk Trump International Hotel di dekat
Gedung Putih yang baru dibuka dan Trump Tower di New York.
Pusat dukungan Trump dalam pemilu itu berada luas di bagian tengah
negara itu, dengan pemilih di negara-negara bagian yang telah lama
mendukung Demokrat beralih kepadanya setelah dia berjanji untuk
menegosiasikan kembali kesepakatan perdagangan dengan negara-negara
lainnya, demikian Reuters melaporkan.
Berita Terkait
Putin Bantu Trump Menangi Pemilu Menurut Laporan Intelijen
7 Januari 2017 13:14
Unjuk Rasa Ribuan Pelajar AS Lawan Trump Masuki Pekan Kedua
15 November 2016 16:07
Demo Tolak Donald Trump Tak Kunjung Berhenti, Kini Masuk Hari Kelima
14 November 2016 07:49
Unjuk Rasa Anti-Trump Malam Ketiga di Portland Diwarnai Tembakan
12 November 2016 23:49
Demo Tolak Trump Berketerusan dan Menyebar Kemana-mana
12 November 2016 17:48
Biden akan fokus dukung Ukraina di akhir masa jabatannya
15 September 2024 16:31
Harris dan Trump, kandidat Presiden AS 2024
24 Agustus 2024 23:24
Donald Trump umumkan Senator Ohio JD Vance akan jadi calon wakil presidennya
16 Juli 2024 08:50