Jakarta (Antara Babel) - Menteri Pertahanan (Menhan) RI Ryamizard Ryacudu telah meminta Menhan Malaysia untuk mengingatkan setiap pemilik kapal melindungi anak buah kapal (ABK) terkait warga negara Indonesia (WNI) yang kembali diculik di perairan Malaysia.
"Saya minta kepada Menhan Malaysia dan duta besar kita di sana diingatkan tuh yang punya kapal perusahaan itu, harus tanggung jawab dong, jangan diam-diam saja," kata Menhan Ryamizard, di Jakarta, Selasa.
Dia menuturkan pihaknya berencana melaksanakan operasi patroli bersama dengan negara tetangga di wilayah itu.
"Itu kan di Laut Sulu (Filipina Selatan) sudah, kan aman, batu bara dan sandera-sandera kan jadi aman, nah ini kan di sini bagian dekat Sabah (Malaysia) itu. Ini Sabah itu masih masalah politik, enggak enak juga," tuturnya.
Menhan Ryamizard mengatakan pemerintah Indonesia dan Malaysia berkoordinasi untuk menghentikan penculikan ABK WNI di wilayah perairan negara tetangga itu.
"Sama-sama lah sesama menteri pertahanan dong, menteri pertahanan masing-masing kasih petunjuk kepada tentara masing-masing apa yang harus dilakukan," tuturnya.
Dia menyayangkan terjadinya penculikan kembali WNI di perairan Malaysia.
"Saya sudah buat rencana operasional dimulai dengan latihan dulu, tiga angkatan. Kita sudah mulai dengan memfokuskan di situ," tuturnya.
Dia mengatakan butuh proses untuk melepaskan WNI yang disandera itu dan kerja sama bilateral terus didorong untuk menyelamatkan para sandera.
"Memangnya sehari selesai, ya enggaklah, dunia ini dari dulu begitu, kacau terus. Bilateral itu hasilnya bagus, sandera-sandera itu kan ada yang dilepaskan di luar negeri juga, kemudian Abu Sayyaf itu dulu begitu-begitu aja, sekarang sudah 300 lebih (anggota kelompok Abu Sayyaf) yang mati, itu kan hasil. Kemudian batu bara tidak diganggu lagi, yang lewat di Laut Sulu sudah tidak diganggu," ujarnya.
Dalam pemberitaan sebelumnya, Komando Pengamanan Timur Sabah (Esscomm) mengonfirmasi terjadinya penculikan dua nelayan asal Indonesia. Mereka diculik di Lahad Datu, Sabtu, 19 November 2016.
Kepala Escomm Datuk Wan Abdul Bari Wan Abdul Khalid mengatakan insiden tersebut terjadi pada sekitar pukul 07.30 waktu setempat, saat sejumlah nelayan sedang melaut di wilayah Merabung.
Kapal nelayan dengan 13 orang di dalamnya berada di area tersebut sejak sekitar pukul 06.30 pagi didatangi lima pria bertopeng dan membawa senjata laras panjang.
Kelima orang tersebut menyerbu kapal dan menghancurkan sistem komunikasi kapal serta merampas seluruh ponsel dan uang milik kru kapal.
Kelompok bersenjata tersebut membawa dua kru kapal WNI dan langsung melarikan diri ke perairan internasional dan kru lainnya telah ditolong oleh kapal nelayan lainnya.