Pangkalpinang (ANTARA) - Bank Indonesia Perwakilan Kepulauan Bangka Belitung bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) memperkuat sinegisitas menjaga inflasi tetap rendah dan stabil.
"Upaya ini dilakukan untuk mendukung tiga strategi pengendalian inflasi, yaitu menjaga inflasi 2025 pada sasaran nasional, mengendalikan inflasi pangan bergejolak dalam kisaran 3,0-5,0 persen, dan memperkuat koordinasi Pusat-Daerah melalui penyusunan Peta Jalan Pengendalian Inflasi 2025–2027," kata Kepala Perwakilan BI Babel Rommy S. Tamawiwy di Pangkalpinang, Selasa.
Bank Indonesia bersama TPID juga memperkuat kerangka kebijakan 4K, yaitu keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif.
Dalam upaya menjaga keterjangkauan harga, kata dia, sejak Januari hingga November 2025 telah dilakukan 40 kali inspeksi mendadak pasar dan distributor, 92 kali operasi pasar, dan 65 kali Gerakan Pangan Murah (GPM) di seluruh wilayah Babel.
Pada aspek ketersediaan pasokan, TPID mendorong implementasi kerja sama antardaerah, baik melalui mekanisme G to G maupun B to B dan hingga November 2025, tercatat 13 kali pelaksanaan kerja sama antardaerah untuk memastikan ketersediaan komoditas pangan dari daerah sentra produksi.
Dari sisi kelancaran distribusi, BI memberikan fasilitas distribusi pangan untuk 22 kegiatan operasi pasar yang digelar Dinas Perdagangan Babel, dan memfasilitasi pengiriman 17,5 ton daging sapi beku dari Jakarta ke Belitung Timur sebagai tindak lanjut kerja sama antara Koperasi Pengendali Inflasi Daerah dan Perum Bulog Cabang Belitung.
"Ke depan tantangan pengendalian inflasi masih ada, dengan kolaborasi kuat antaranggota TPID dan partisipasi masyarakat, kita berupaya agar inflasi tetap terjaga dalam sasaran nasional untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Babel yang inklusif dan berkelanjutan," katanya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Babel pada November 2025 tercatat sebesar 0,36 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan Oktober 2025 yang sebesar 0,49 persen (mtm). Angka tersebut lebih tinggi dari inflasi nasional yang mencapai 0,17 persen (mtm).
Secara tahunan (yoy), inflasi Bangka Belitung tercatat 2,87 persen, atau masih berada dalam sasaran inflasi nasional 2,5±1 persen. Meski demikian, angka tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 2,72 persen (yoy).
Inflasi tahunan didorong kenaikan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 7,30 persen (yoy), utamanya komoditas cabai merah dan cumi-cumi. Tekanan inflasi tertahan oleh kelompok pendidikan yang mengalami deflasi 12,85 persen (yoy).
Seluruh wilayah survei Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami inflasi tahunan. Kabupaten Belitung Timur mencatat inflasi tertinggi sebesar 3,59 persen (yoy), disusul Bangka Barat dan Kota Pangkalpinang masing-masing sebesar 3,48 persen dan 2,67 persen, sedangkan Tanjungpandan menjadi wilayah dengan inflasi terendah yakni 1,67 persen (yoy).
