Pangkalpinang (ANTARA) - Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terus mengembangkan inovasi pertanian. Salah satunya melalui "Gerakan Tanam Pangan Cepat Panen" di lahan bekas penambangan bijih timah untuk mengendalikan inflasi di pulau penghasil timah nomor dua terbesar di dunia itu.
Gerakan tanam pangan cepat panen seperti padi, cabai, bawang merah, jagung, sayur mayur, buah-buahan hingga budidaya ikan air tawar yang tengah digencarkan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) bersinergi dengan PT Timah Tbk, Bank Indonesia, dan instansi terkait lainnya di lahan bekas penambangan bijih timah itu tidak hanya ampuh untuk mengendalikan inflasi daerah, tetapi juga efektif meningkatkan perekonomian masyarakat desa.
Inovasi pertanian dengan mengubah ribuan petak bekas tambang telantar menjadi lahan produktif ini, sebagai tindak lanjut arahan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo terkait pengendalian inflasi dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi dan ekonomi global.
Presiden Joko Widodo bahkan memberikan perhatian khusus kepada Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, mengingat tingkat inflasi di Bangka Belitung yang tinggi di Pulau Sumatera. Lima dari 10 provinsi di Pulau Sumatera yang tinggi inflasinya, yaitu Jambi, Sumatera Barat, Kepulauan Babel, Aceh, dan Kepulauan Riau
"Saat ini inflasi Babel lima tertinggi di Pulau Sumatera," kata Penjabat Gubernur Kepulauan Babel Ridwan Djamaluddin.
Guna mengendalikan inflasi tersebut ditempuh gerakan menanam pangan cepat panen. Ini merupakan salah satu langkah yang disepakati bupati dan wali kota se-Provinsi Kepulauan Babel beserta pemangku kepentingan lainnya di lahan bekas penambangan bijih timah telantar.
Pemprov Babel sudah menyampaikan pengembangan pertanian cabai dan bawang merah di lahan bekas tambang ini kepada Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dan KSP mendukung program tersebut untuk mengendalikan inflasi.
Selama ini untuk memenuhi kebutuhan pangan khususnya cabai dan bawang merah, Bangka Belitung masih mengandalkan pasokan dari daerah-daerah sentra produksi di Pulau Jawa dan Sumatera.
Babel memang masih mengandalkan pasokan pangan dari luar daerah karena produksi petani lokal yang masih terbatas.
Bupati Bangka Mulkan berkomitmen mengelola lahan bekas tambang biji timah untuk pengembangan sektor pertanian sebagai upaya pihaknya memperkuat ketahanan pangan untuk mengendali inflasi.
Saat ini sudah terdapat 500 hektare lebih lahan bekas tambang bijih timah di Kabupaten Bangka yang sedang dikembangkan untuk pemanfaatan lahan pertanian dan perkebunan.
Ratusan hektare lahan bekas tambang tersebut belum semuanya dikembangkan oleh masyarakat dan hanya baru puluhan hektare yang sudah dimanfaatkan untuk area tanaman padi sawah, cabai, bawang, jagung, dan tanaman palawija cepat panen lainnya.
Untuk lahan bekas tambang bijih timah yang sulit air, di area ini dapat dikembangkan tanaman buah-buahan seperti, jambu, durian atau tanaman buah lainnya yang dianggap cocok dengan unsur tanah tersebut.
Jika lahan bekas tambang seluas 500 hektare itu berhasil digarap, maka kebutuhan pangan masyarakat lokal dapat terbantu terpenuhi. Saat ini kebutuhan pangan pokok masyarakat sebagian besar masih mengandalkan pasokan dari luar Pulau Bangka.
Pemda tidak hanya membantu kebutuhan benih, pupuk, sarana pertanian lainnya, tetapi juga melatih masyarakat bagaimana bertani dengan baik, agar hasil yang diperoleh berlimpah untuk mengurangi ketergantungan pasokan pangan dari luar daerah.
Bank Indonesia juga ikut memberikan pendampingan dan menyalurkan bantuan 77 ribu bibit cabai kepada warga, kelompok tani wanita, PKK, dan pondok pesantren yang mengembangkan usaha budidaya cabai sebagai upaya bersama menjaga kestabilan harga pangan di daerah.
"Kami berharap kegiatan ini bisa membantu meningkatkan ketahanan pangan lokal sekaligus mengendalikan inflasi," kata Kepala Kantor Perwakilan BI Babel Budi Widihartanto.
Selain upaya pemberdayaan masyarakat, BI Babel juga terus meningkatkan komunikasi dan koordinasi dengan pemprov dan instansi terkait lainnya yang sesuai dengan anjuran penjabat Gubernur Babel sebagai langkah antisipasi dalam menangani inflasi dan mencegah gangguan ekonomi.
Pengendalian inflasi menjadi isu prioritas sesuai arahan Mendagri menjadikan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) sebagai momentum penguatan sinergi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) yang lebih intensif.
Kolaborasi nyata perlu dipertahankan dan ditingkatkan dalam mengawal kebangkitan ekonomi di tengah-tengah kenaikan harga BBM untuk menjadikan Babel yang lebih baik.
Selain menyalurkan bantuan bibit cabai merah, sebelumnya BI Babel juga melakukan rangkaian kegiatan bersama TPID, antara lain operasi pasar atau pasar murah, rapat besar bersama TPID Babel untuk merumuskan strategi pengendalian inflasi daerah, dan perluasan kerja sama antardaerah.
Tidak hanya itu, bank sentral tersebut juga mendukung pola pertanian berbasis digital dan pertanian urban untuk meningkatkan ketersediaan pasokan pangan.
Implementasi GNPIP dalam jangka pendek memiliki tiga fokus utama, yaitu operasi pasar yang didukung ketersediaan dana APBD, kerja sama antardaerah dengan memanfaatkan digitalisasi, dan subsidi transportasi, serta ketahanan pangan secara end-to-end.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencatat Kota Pangkalpinang pada Agustus 2022 mengalami deflasi 1,20 persen karena harga kelompok makanan di ibukota provinsi itu turun.
Deflasi di Kota Pangkalpinang pada Agustus 2022 karena turunnya indeks pada empat kelompok pengeluaran yaitu makanan, minuman dan tembakau turun 2,31 persen, serta kesehatan 0,02 persen.
Kelompok transportasi turun 3,61 persen dan informasi, komunikasi, dan jasa keuangan juga turun 0,18 persen.
Sebaliknya kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi yaitu pakaian dan alas kaki 0,43 persen, perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar lainnya 0,49 persen, rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 0,03 persen, penyediaan makanan dan minuman 0,13 persen, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 0,11 persen.
Kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin dan kelompok pendidikan tidak mengalami perubahan indeks.
Beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga pada Agustus 2022, antara lain, angkutan udara, bawang merah, daging ayam ras, minyak goreng, dan cabai merah. Sebaliknya, komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain bahan bakar rumah tangga, beras, ikan selar, telur ayam ras, dan cumi-cumi.
Pada Agustus tahun ini, dari 11 kelompok pengeluaran, empat kelompok memberikan andil deflasi, lima kelompok memberikan andil inflasi, dan dua kelompok tidak memberikan andil apa pun.
Tingkat inflasi tahun kalender Agustus 2022 sebesar 4,07 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Agustus 2022 terhadap Agustus 2021) adalah sebesar 6,87 persen.
"Perkembangan harga berbagai komoditas pada Agustus 2022 secara umum menunjukkan adanya penurunan," demikian Kepala BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Toto Haryanto Silitonga.
Bantu pemdes
PT Timah Tbk membantu Pemerintah Desa Selinsing Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, mengembangkan tanaman cabai, guna meningkatkan produksi dan kesejahteraan masyarakat.
Dana program tanggung jawab sosial (CSR) BUMN tersebut untuk pengadaan sarana dan prasana pengembangan usaha pertanian cabai dan sayur mayur ini, sebagai komitmen korporasi dalam memberdayakan perekonomian masyarakat desa.
Selama ini kebutuhan cabai dan sayur mayur masyarakat desa ini didatangkan dari Pulau Jawa dan Sumatera, sehingga harga komoditas itu melambung tinggi karena biaya pengiriman barang dari daerah asal sayur ke daerah ini juga tinggi.
"Kami berharap dengan adanya bantuan pengembangan pertanian ini dapat menekan harga sayur mayur khususnya cabai, bawang, dan komoditas lainnya pasca kenaikan harga BBM bersubsidi ini," kata Kadiv PKBL dan CSR BUMN tersebut, Ali Syamsuri.
Kepala Desa Bukit Kijang Idryansyah menyebutkan perusahaan pelat merah itu membantu warga mengelola 23 hektare bekas tambang bijih timah menjadi lahan produktif, guna meningkatkan perekonomian warga di daerah itu.
Pengembangan dan pengelolaan bekas tambang bijih timah menjadi lahan produktif tersebut bekerja sama dengan BUMN sektor pertambangan tersebut dan Kementerian Pertanian dalam upaya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan warga desa.
Seluas 23 hektare lahan bekas tambang tersebut dengan rincian lima hektare bekerja sama dengan PT Timah Tbk, 10 hektare dengan Kementerian Pertanian dan delapan hektare lainnya dikelola kelompok petani Desa Bukit Kijang.
Saat ini pihaknya sedang meninjau lahan bekas tambang yang tidak ditambang lagi untuk menambah luas pengembangan pertanian bawang merah, jagung, kacang tanah dan tanaman hortikultura lainnya untuk meningkatkan pendapatan keluarga petani.
Sebelumnya bekas tambang bijih timah telantar dan tidak dimanfaatkan untuk pengembangan pertanian, peternakan dan budidaya ikan air tawar.
Berkat kerja sama dengan BUMN itu, pemerintah provinsi, dan Pemerintah Pusat, lahan bekas timah yang sebelum terbengkalai dan sebagai sarang nyamuk, kini bisa dimanfaatkan untuk peningkatan ekonomi masyarakat desa.
Oleh karena itu, pihaknya akan terus menambah lahan-lahan bekas tambang untuk dijadikan lahan produktif untuk meningkatkan produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat daerah ini.
Dengan pengembangan pertanian, keberadaan peternakan sapi ini akan mengurangi ketergantungan pasokan dari luar daerah dan juga dapat mengurangi pengangguran serta kemiskinan di desa ini.
Selain di Pulau Bangka, reklamasi juga dilakukan di Belitung tepatnya di Selinsing, Kecamatan Gantung, Belitung Timur. Lahan seluas 6,5 hektare ini disulap menjadi lahan pertanian dengan tanaman komoditas bernilai tambah tinggi.
Cabai menjadi komoditas andalan dengan luas areal tanam 1 hektare, diikuti tanaman kopi serta tumbuhan lainnya. Aktivitas penanaman di areal tersebut merupakan bentuk inovasi yang digagas Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Mitra Jaya Selingsing bekerja sama dengan Pemerintah Desa Selingsing.
Bumdes mengembangkan 6,5 hektare lahan bekas tambang bijih timah seluas sebagai agrowisata.
Pengembangan bekas tambang sebagai agrowisata ini bekerja sama dengan BUMN tersebut sebagai upaya menjadikan lahan kritis sebagai kawasan produktif untuk peningkatan ekonomi masyarakat. Seluas 4 hektare dari total lahan bekas tambang tersebut merupakan daratan, sementara selebihnya kolong atau lubang bekas penambangan berair.
Saat ini seluas 4 hektare daratan bekas tambang tersebut sudah dibudidayakan berbagai tanaman buah-buahan, cabai, sayur mayur, dan tanaman bernilai ekonomi lainnya.
Selain itu, lahan bekas tambang tersebut juga dikembangkan peternakan sapi dan ayam, sehingga dapat meningkatkan populasi ternak lokal untuk mengurangi ketergantungan pasokan daging dari luar daerah.
Sementara itu, kolong bekas penambangan timah itu dijadikan wisata pemancingan, budidaya ikan air tawar dan wisata air lainnya.
Di areal tersebut juga akan dibangun wisata air di kolong sehingga pelancong betah berlama-lama di Desa Selinsing.
Dengan adanya agrowisata ini, turis bisa tinggal di Desa Selinsing minimal sehari untuk menikmati keindahan alam dan belajar bercocok tanam, beternak sapi, dan memelihara ikan air tawar di kawasan ini.
Selama ini wisatawan hanya berwisata di pantai dan pemandangan yang mereka nikmati hanya itu-itu saja sehingga dapat menimbulkan kejenuhan.
Keberadaan agrowisata tersebut bakal menambah khasanah pariwisata daerah ini. Lebih dari itu, perekonomian daerah juga bakal berputar lebih kencang sehingga memberi rembesan kesejahteraan bagi warga setempat.