Jakarta (Antara Babel) - Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI)
Mohammad Kemal Dermawan menegaskan bahwa terorisme mengatasnamakan agama
merupakan ancaman nyata yang membutuhkan perhatian bersama.
"Masalah ini tidak bisa diserahkan ke pemerintah saja, dalam hal ini
BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Red)," kata Kemal di
Jakarta, Selasa.
Mengingat kelompok radikal ini menggunakan agama sebagai dasar
pembenar tindakan mereka maka ulama dan guru agama harus mengimbangi
dengan mengajarkan nilai-nilai agama yang benar.
"Kiai, ulama, dan guru agama harus terus menebarkan pesan damai
untuk meng-counter radikalisme dan sebagainya, bukan malah berbicara
yang justru menambah kisruh," kata dia.
Aparat penegak hukum juga harus memperbanyak sosialisasi kepada
masyarakat agar mereka tahu pendapat dan tindakan mana yang berpihak
kepada hukum dan mana yang berpihak kepada kelompok radikal.
Menurut dia harus ada persepsi yang benar mengenai perlindungan Hak
Asasi Manusia (HAM) karena tak jarang atas nama HAM orang merasa berhak
berbicara apa saja.
"Tidak sembarang pendapat yang harus dilindungi. Kalau pendapatnya
menghasut, radikal, subversif ya harus ditindak," ujar staf pengajar di
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UI ini.
Di sisi lain, menurut dia, nilai-nilai kebangsaan, yaitu Pancasila
dan nilai sosial Bhinneka Tunggal Ika harus diperkuat, toleransi harus
terus ditanamkan dan dikembangkan sejak dini di sekolah.
Ia mengatakan anak didik harus diberi contoh toleransi antarsesama
dengan berbagai perbedaan suku, agama, ras, dan budaya agar ada rasa
saling melindungi antarsesama manusia dan agar bangsa Indonesia tak
mudah dipecah belah.
"Bulan Ramadan ini menjadi momentum terbaik untuk kembali
mengingatkan anak bangsa tentang kekuatan nilai Pancasila dalam
menyatukan berbagai keragaman yang ada di Indonesia," kata dia.
Kriminolog: Terorisme Atas Nama Agama Ancaman Nyata
Selasa, 6 Juni 2017 22:36 WIB
Kiai, ulama, dan guru agama harus terus menebarkan pesan damai untuk meng-counter radikalisme dan sebagainya, bukan malah berbicara yang justru menambah kisruh.