Pangkalpinang, (ANTARA Babel) - Sektor pariwisata memiliki potensi besar sebagai alternatif perekonomian pascatambang timah di Bangka Belitung.
Hal tersebut terbukti dengan besarnya dampak peranan pariwisata terhadap perekonomian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Babel, selama tahun 2011, sektor pariwisata di Bangka Belitung berdampak sebesar 4,84 persen terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) di Babel.
"Angka tersebut cukup besar jika dibandingkan dengan daerah lain yang notabene tidak mengandalkan perekonomian secara sepenuhnya pada pariwisata," kata Kepala BPS Babel, Teguh Pramono.
Data BPS Babel menunjukkan, sebagai contoh, kepariwisataan di Provinsi Sumatera Selatan hanya menyumbang 1,07 persen terhadap PDRB-nya pada 2008.
"Contoh lain adalah Jawa Barat yang begitu gencar promosi pariwisatanya namun hanya menyumbang 3,91 persen terhadap PDRB," kata Teguh.
Angka tertinggi tentu saja masih dipegang Bali di mana ekonomi pariwisatanya berdampak hingga 46,16 persen terhadap PDRB daerah tersebut pada 2007 lalu.
Dilihat dari perbandingan tersebut, sektor pariwisata di Babel memiliki prospek cerah untuk menjadi alternatif pascatambang timah yang akhir-akhir ini selalu menjadi polemik dalam masyarakat.
Bahkan, Gubernur Bangka Belitung, Eko Maulana Ali, telah mendeklarasikan pentingnya sektor pariwisata sebagai alternatif pascatambang di forum internasional seperti dalam pertemuan Indonesia Malaysia Thailand-Growth Triangle (IMT-GT), Agustus lalu.
"Bangka Belitung sudah lama dikenal sebagai daerah pertambangan timah yang pemulihan lahannya akan sangat lama sekali jika akan dikembalikan ke sektor agrikultur, oleh sebab itu kami telah memilih pariwisata sebagai alternatif pascatambang," kata Gubernur Eko dalam pertemuan IMT-GT di Bangka Tengah.
Lapangan kerja
Sektor pariwisata telah menyumbang sebesar 4,84 persen dari Rp29,85 triliun PDRB di Babel. Artinya, sektor pariwisata telah memberi pemasukan sebesar Rp1,44 triliun ke dalam kas Babel pada 2011.
Besarnya pemasukan tersebut diiringi dengan penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata, yakni sebanyak 20 ribuan tenaga kerja.
"Sektor pariwisata telah menyerap sebanyak 3,06 persen tenaga kerja dari seluruh lapangan kerja yang ada," Teguh Pramono menjelaskan.
Angka terbesar, kata Teguh, terserap di sektor perhotelan, yakni sebanyak 3.586 tenaga kerja.
"Hal tersebut mungkin karena didukung oleh terus bertambahnya jumlah hotel di Babel, data 2007 hanya ada 61 hotel, lalu bertambah menjadi 72 buah pada tahun berikutnya, bertambah lagi jadi 79 pada 2009, lalu bertambah jadi 94 pada 2010, dan tahun lalu jumlah hotel di Babel sebanyak 102 buah," kata Teguh.
Sebanyak 102 hotel terdiri dari 79 hotel non bintang dan 23 lain merupakan hotel berbintang.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Yan Megawandi, optimis jika sektor pariwisata akan terus menyerap lebih banyak tenaga kerja.
"Sektor pariwisata di Babel akan terus dikembangkan sehingga akan mendorong penyerapan tenaga kerja, tentu saja kita membutuhkan tenaga kerja handal yang dapat memberikan pelayanan optimal terhadap wisatawan," kata Yan Megawandi.
Oleh sebab itu, Pemerintah Provinsi Babel, terutama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata selalu memberi pembinaan terhadap para pelaku pariwisata.
"Kami memberikan pelatihan rutin terhadap para pelaku ekonomi pariwisata untuk mengembangkan kapasitas sumber daya manusia mereka terutama di bidang kepariwisataan," kata Yan.
Promosi
Jumlah wisatawan yang datang ke Babel dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Berdasarkan catatan BPS, tingkat penghunian kamar hotel berbintang di Babel pada 2009 sebesar 36,86 persen, jumlah meningkat pada 2010 sebanyak 41,58 dan meningkat menjadi 47,87 persen pada 2011.
Pada 2011, jumlah wisatawan nusantara ke Babel sebanyak 144.567 orang. Sementara itu, wisatawan mancanegara sebanyak 7.603.
"Yang tidak kalah banyaknya adalah jumlah wisatawan lokal di Bangka Belitung yang melakukan kunjungan wisata di Babel sendiri, yakni sebanyak 1.787.440 orang," jelas Teguh.
Sementara itu, jumlah pengeluaran wisatawan nusantara di Babel sebanyak Rp312.575 juta. Sementara pengeluaran wisatawan lokal sebanyak Rp229.629 juta dan wisatawan mancanegara sebanyak Rp53.144 juta.
Menilik angka-angka tersebut, potensi pasar lokal sangatlah besar, oleh sebab itu promosi terhadap wisatawan lokal, disebutkan Yan Megawandi perlu digencarkan.
"Tentu saja selain kita melakukan promosi ke luar Babel, promosi ke dalam juga sangat penting karena pangsa pasar untuk wisatawan lokal cukup tinggi yakni menguasai sebanyak 82,61 persen dari total wisatawan nusantara," katanya.
Untuk wisatawan mancanegara yang kebanyakan dari Asia, sebanyak 51,42 persen dari total wisatawan mancanegara, Yan mengatakan lebih menitikberatkan pada promosi dalam jaringan dan sosial media.
"Kebanyakan tamu asing kita tahu Bangka Belitung dari internet, oleh karena itu, ke depan kami akan menggencarkan berpromosi online dengan memanfaatkan sosial media," kata Yan.
Data BPS menunjukkan 27,5 persen wisatawan mancanegara mengetahui pariwisata Babel dari internet dan lainnya yaitu perusahaan tempat bekerja, 22,5 persen lain dari teman dan saudara, 17,5 persen dari kantor pariwisata, dan hanya 5 persen yang tahu dari majalah ataupun koran.
Meski demikian, masyarakat lokal mencemaskan pesatnya perkembangan pariwisata Babel hanya akan menguntungkan investor asing.
Salah satu lembaga swadaya masyarakat (LSM), Kelompok Peduli Lingkungan Belitung (KPLB) mengingatkan pemerintah agar pariwisata di Bangka Belitung tidak hanya menguntungkan investor tapi juga masyarakat lokal.
"Pariwisata di Bangka Belitung memang menjanjikan sebagai alternatif perekonomian pascatambang, tapi kita tidak mau Babel jadi seperti Bali tempo dulu," kata Budi.
Budi menjelaskan, saat kepariwisataan Bali baru dimulai, pihak yang banyak diuntungkan adalah para investor sementara penduduk lokal semakin ditinggalkan dan tersingkir ke daerah pinggiran.
"Kami tidak ingin itu terjadi, oleh sebab itu, arah pembangunan kepariwisataan kita hendaknya dipusatkan pada pemberdayaan ekonomi kerakyatan," kata dia.
(T.I027)
