Jakarta (Antara Babel) - Ancaman serangan siber akan terus terjadi
karenanya TNI harus meningkatkan pertahanan maya (cyber defense) dalam
perang asimetris (cyber warfare), kata Deputi Bidang Teknologi Informasi
Energi dan Material (TIEM) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT) Hammam Riza.
"Bahkan saat ini di negara maju angkatan pertahanan siber adalah
matra ke empat setelah darat, laut dan Udara," katanya di Jakarta,
Senin.
Ketahanan informasi, menurut dia, patut menjadi perhatian TNI
dalam kerangka menjaga kedaulatan nasional. Hal ini sangat penting
ketika serangan hoaks yang digulirkan ke publik, seperti fenomena
Saracen contohnya bermunculan.
Ia mengatakan melalui kaji terap teknologi, BPPT siap mendukung
TNI dalam hal peningkatan pertahanan maya. Hal ini sudah dituangkan
dalam bentuk rekomendasi teknologi untuk arsitektur sistem informasi
pertahanan negara (Sisfohanneg) yang mengutamakan strategi pengamanan
informasi.
"Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di dunia global,
tentunya perlu diimbangi dengan kecanggihan infrastruktur dan kualitas
serta kompetensi dari cyber defence atau unit pertahanan siber yang
dimiliki TNI," katanya.
Dia optimistis TNI mampu menggawangi pertahanan dunia maya demi
menjaga kedaulatan Indonesia. "Unit pertahanan siber TNI harus menjadi
salah satu yang terbaik di dunia," katanya.
Selain ketahanan informasi, Hammam juga mengingatkan hal penting lainnya, yakni pengamanan infrastruktur kritis.
Infrastruktur
kritis yang dimaksud seperti bidang energi (kelistrikan), transportasi
penerbangan, bahan bakar, kesehatan, keuangan atau perbankan,
telekomunikasi, penegakan hukum, keamanan dan intelijen, utilitas publik
dan Pemilu.
"Infrastrukur tersebut sangat penting, karena menguasai hajat
hidup masyarakat dan kelangsungan NKRI. Sebagai pencegah adalah
pengamanan TIK harus diperkuat, karena jika terjadi serangan, dapat
menimbulkan risiko yang sangat besar," ujar dia.
Hammam menyebut fenomena ancaman serangan siber, yakni virus
ransomware wannacry yang terjadi di negeri ini tidak bisa dipungkiri
apabila ke depan nanti terjadi lagi.
Serangan makin sulit diantisipasi karena "advance persistent threat"
(APT) bersifat "zero-day" dengan daya rusak yang tinggi dan lintas
negara.
"Solusinya kita harus membangun critical infrastructure protection plan," lanjutnya.
Kebutuhan akan adanya keamanan siber dan pertahanan infrastuktur
kritis untuk menghadapi serangan siber merupakan suatu kewajiban yang
harus dimiliki, baik pada tingkat negara ataupun spesifik pada berbagai
sektor strategis untuk dapat menjamin ketahanan negara di dunia siber.
Berita Terkait
TNI: tak ada ampun bagi prajurit terlibat judi online
14 November 2024 08:22
Panglima TNI ungkap pesan presiden Prabowo potensi kerugian akibat judi online Rp981 triliun
13 November 2024 14:23
TNI bentuk satgas berantas judi online sampai korupsi
13 November 2024 13:01
Empat kapal perang Rusia sandar di Surabaya untuk Latma Orruda 2024
4 November 2024 13:53
Helikopter TNI AD mendarat darurat di persawahan Blora
2 November 2024 13:57
35 prajurit TNI AD tuntaskan latihan militer bersama di Amerika Serikat
1 November 2024 16:05
Jenderal TNI AD pecahkan rekor MURI raih gelar akademik terbanyak
31 Oktober 2024 20:18
TNI AU bahas kerja sama militer dengan AU Brunei Darusakam
31 Oktober 2024 15:32