Muntok (Antara Babel) - Lembaga Kelautan dan Perikanan Indonesia (LKPI) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memberikan apresiasi kepada masyarakat nelayan Desa Airnyatoh, Kabupaten Bangka Barat yang masih melestarikan adat Rebo Kasan.
"Upacara adat itu dilaksanakan warga pesisir desa setempat sebagai wujud syukur kepada Tuhan dan salah satu bentuk komitmen dalam menjaga kelestarian lingkungan laut," kata Direktur Lembaga Kelautan dan Perikanan Indonesia (LKPI) Kabupaten Bangka Barat, Suhaidir Kojek di Muntok, Rabu.
Menurut dia, setiap pelaksanaan upacara adat Rebo Kasan, masyarakat Desa Airnyatoh, Kecamatan Simpangteritip menggelar rangkaian kegiatan, salah satunya berupa ritual 'taber laot' atau disebut juga dengan 'mucak laot'.
Dalam ritual itu, tetua kampung membaca mantra dan doa syukur yang bertujuan menjauhkan malapetaka atau musibah untuk para nelayan saat mencari ikan di laut.
"Ritual itu juga merupakan sebuah harapan supaya hasil tangkapan nelayan banyak dapat hasil ikan, udang, kepiting dan jenis lainnya," katanya.
Menurut dia, dengan terjaganya upacara adat Rebo Kasan di desa tersebut diharapkan masyarakat setempat semakin mencintai kelestarian lingkungan laut di wilayah dan ikut berperan menjaga agar tidak dirusak.
"Kami berharap warga sadar bahwa laut merupakan sumber kehidupan mereka yang wajib dilindungi agar tidak diganggu aktivitas lain yang bisa merusak," katanya.
Selain bentuk konsistensi dalam menjaga lingkungan, kata dia, pelaksanaan adat Rebo Kasan juga bisa diandalkan untuk menarik kunjungan wisatawan ke desa tersebut.
"Acara tahunan ini semakin banyak dikunjungi warga, baik dari desa di sekitar maupun regional Babel, bahkan khusus tahun ini ada beberapa wisatawan mancanegara yang sengaja berkunjung ke Desa Airnyatoh menyaksikan langsung ritual adat Rebo Kasan," kata dia.
Ia berharap, ritual turun temurun yang hingga saat ini masih dilaksanakan itu mampu berperan sebagai media silaturahim warga, sarana menjaga kelestarian lingkungan sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat melalui kepariwisataan.
"Adat tersebut merupakan salah satu kearifan lokal yang perlu mendapatkan dukungan seluruh pihak agar bisa tetap dijaga kelestariannya," katanya.