Bekasi (Antaranews Babel) - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir meminta perguruan tinggi (PT) untuk segera bergerak menjalankan sistem pembelajaran "e-learning".
"Apa yang harus dilakukan dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 adalah melakukan 'strategic inflection point'. Perguruan tinggi harus bergerak ke `e-learning'," kata Nasir dalam kuliah terbuka Kebijakan Pendidikan Tinggi untuk Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0 di Universitas Gunadarma Kampus J6 Cikunir, Bekasi, Jawa Barat, Selasa.
Dengan sistem pembelajaran "e-learning" ini, dirinya berharap akan bisa mencapai target "one professor one thousand students", tentu dengan tetap menjaga kualitas pendidikan.
Dalam hal kelembagaan, lanjutnya, ganjalan untuk menjalankan program pendidikan "e-learning" ada pada persoalan izin prodi dan nomenklatur.
"Saya sudah meminta agar soal nomenklatur untuk dibebaskan sehingga berbagai program pendidikan yang mendukung pergerakan ke era revolusi industri 4.0 berkembang pesat".
Contoh program "smart data", menurut Nasir, ini bisa menjadi program studi yang banyak dicari di masa depan. Dirinya berharap mahasiswa bisa dibekali dengan ilmu "digital talent" untuk mampu menciptakan peluang kerja baru.
Ia juga meminta agar segera dibangun "teaching factory industry 4.0" dan mengundang perguruan tinggi luar negeri untuk membuka prodi-prodi yang mendukung industri 4.0.
Nasir menyebut sekitar 65 persen lapangan kerja baru belum bisa terdeteksi seluruhnya akan muncul di era revolusi industri 4.0. Maka sangat penting membekali mahasiswa dengan ilmu programming, sistem coding sehingga mereka mampu berkembang sendiri.
"Yang jelas penginapan SDM era milenial ini perlu diubah", tegasnya.
Ia mengatakan beberapa perguruan tinggi memiliki keunikan yang bisa mendorong universitas tersebut segera memasuki era revolusi industri 4.0.