Semarang (Antaranews Babel) - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, M Nasir, segera mengecek dugaan ratusan mahasiswa dari Indonesia yang menjadi korban kerja paksa saat kuliah di Taiwan.
"Kami akan cek, saya belum dapat memastikan (kebenaran) informasi itu," kata dia, saat kunjungan kerja, di Kantor PW NU Jawa Tengah, di Semarang, Rabu.
Ia menduga keberangkatan 300 mahasiswa asal Indonesia yang mengalami kerja paksa di Taiwan itu tidak melalui program-program resmi dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi sehingga tidak terpantau. Pada sisi lain, Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan.
Menurut dia, jika para mahasiswa masuk melalui Program Taipei Economic and Trade Office (TETO), maka mereka bisa mengontrol dan mengendalikannya.
"Yang melalui Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi itu melalui TETO atau kerja sama di bidang perdagangan yang di dalamnya ada mengenai pendidikan," ujarnya.
Kemenristekdikti juga akan melakukan koordinasi dengan perwakilan TETO yang ada di Jakarta guna menindaklanjuti informasi mengenai kerja paksa ratusan mahasiswa Indonesia di Taiwan.
"Katanya kuliah sehari dua hari lainnya kerja, itu yang saya belum tahu. Kami koordinasi dengan TETO, nanti kita lihat apa permasalahannya," katanya.
Berita Terkait
Menristekdikti kecewa mahasiswa tolak pertemuan dengan Jokowi
2 Oktober 2019 11:18
Antisipasi meluasnya aksi demonstrasi, Menristekdikti kumpulkan rektor PTN
30 September 2019 13:36
Kemristekdikti akan tambah kuota penerima bidikmisi tahun 2019
9 Januari 2019 22:59
Menristekdikti luncurkan Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi
4 Januari 2019 20:14
Menristekdikti minta pegawainya patuh serahkan laporan harta ke KPK
13 Desember 2018 20:41
Presiden Jokowi: Teknologi harus dibarengi standar moralitas tinggi
1 November 2018 16:39
Kemristekdikti turunkan persentase minimal SNMPTN
22 Oktober 2018 11:27
Menristekdikti: Peningkatan riset Indonesia tertinggi di dunia
21 Oktober 2018 18:43