Jakarta (Antara Babel) - Ketua Umum Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (NU) Ali Masykur Musa
menyatakan wafatnya Rais Aam Syuriah Pengurus Besar NU (PBNU) KH Sahal
Mahfudh membuat bangsa Indonesia kehilangan salah satu ahli ilmu fiqih
terbaiknya.
"Innnaalillaahi wa innaa Ilaihi roojiuun, telah meninggal dunia guru kami, KH Sahal Mahfudh.
Mbah Sahal adalah sosok yang sangat alim. Indonesia kehilangan ahli
Fiqih terbaiknya," ujar Ali Masykur Musa di Jakarta, Jumat.
Ilmu Fiqih adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang
secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek
kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun
kehidupan manusia dengan Allah SWT.
Menurut Ali Masykur Musa, Sahal yang lazim disapa Mbah Sahal tersebut adalah seorang fuqoha (ahli ilmu Fiqih) modern.
Ada dua kitab karya Sahal yang selalu menjadi rujukan umat untuk
memperkaya khasanah Islam, yaitu Fiqih Siyasah (politik) dan Fiqih
Lingkungan.
Dengan buku yang menjadi karya beliau itu, ujar Ali Masykur, hukum Islam mampu menjawab berbagai tantangan zaman.
"Mbah Sahal yang juga mengemban amanah sebagai Ketua Umum Majelis
Ulama Indonesia (MUI) selama tiga periode ini adalah tokoh yang sangat
disegani, bukan hanya karena ilmu, tetapi juga akhlaknya," kata Cak Ali,
panggilan akrab Ali Masykur Musa.
Dalam berorganisasi, lanjut dia, Sahal adalah sosok yang sangat taat
pada aturan organisasi yang ada, sehingga pengambilan keputusan selalu
menunggu pendapat tokoh ini.
"Secara pribadi saya sangat kagum dan hormat pada almarhum Mbah
Sahal. Banyak sikap politik saya yang dipengaruhi oleh pandangan beliau.
Saya sangat terkesan saat menjadi Ketua Umum Ikatan Sarjana NU (ISNU),
saya dilantik langsung oleh beliau, yang mana tidak biasa dilakukan
sebelumnya," kata Cak Ali yang juga Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK).
Ali Masykur: Indonesia Kehilangan Ahli Fiqih Terbaik
Jumat, 24 Januari 2014 11:21 WIB
"Innnaalillaahi wa innaa Ilaihi roojiuun, telah meninggal dunia guru kami, KH Sahal Mahfudh. Mbah Sahal adalah sosok yang sangat alim. Indonesia kehilangan ahli Fiqih terbaiknya,"