Jakarta (Antaranews Babel) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius mengatakan konflik yang terjadi di luar negeri memengaruhi dinamika di dalam negeri terutama terkait masalah radikalisme dan terorisme.
Saat memberi pembekalan wawasan kebangsaan dan potensi ancaman terorisme di depan ratusan anggota Pasis Pendidikan Pengembangan Umum Sespima Angkatan 59 di Sekolah Staf dan Pimpinan (Sespim) Polri, Jakarta, Kamis, Suhardi mengatakan konflik atau isu luar negeri diekspolitasi untuk membuat kegaduhan di dalam negeri.
"Seperti kasus Rohingya di Myanmar. Banyak masyarakat Rohingya yang disiksa di Myanmar, tapi di Indonesia ada sebagian kelompok yang justru memperkeruh dengan menimbulkan teror yang ditimbulkan di Indonesia," kata Suhardi dikutip dari siaran pers.
Ia menilai yang dilakukan kelompok radikal dengan memanfaatkan isu-isu sangat tidak berdasar dan malah akan menimbulkan perpecahan di masyarakat.
"Untuk itu, kepada semua pihak agar hal-hal semacam ini dijauhkan dan sedini mungkin bisa dicegah masuk ke Indonesia," kata Suhardi.
Khusus kepada para siswa Sespim Polri, Suhardi menegaskan, sebagai aparat yang bertanggung jawab menjaga keamanan, mereka harus mempunyai jiwa nasionalisme serta profesionalisme yang kuat.
Menurut dia, kedua hal itu penting untuk membawa Indonesia semakin maju dan mandiri dalam menghadapi serangan ideologi asing yang dapat mengancam keamanan dan keutuhan bangsa.
"Potensi ancaman terorisme tidak pernah surut sehingga aparat harus mempunyai modal pengetahuan yang memumpuni dalam menghadapi persoalan tersebut," kata Suhardi.
Lebih lanjut mantan Sekretaris Utama Lemhanas ini menjelaskan, terorisme bukan hanya menjadi ancaman Indonesia, tetapi sudah menjadi musuh bersama negara-negara dunia.
"Artinya, tantangan penanggulangan terorisme semakin hari semakin tinggi di era kemajuan teknologi informasi dengan produk internet dan media sosial yang berimbas dengan tereduksinya identitas kebangsaan, terutama pada generasi muda," katanya.