Hari Ibu selalu membawa cerita tersendiri bagi tiap-tiap orang, tak terkecuali bagi keluarga Bupati Bangka, Yusroni Yazid.
Tidak banyak rakyat Bangka yang tahu jika peran seorang ibulah yang membuat Pak Bupati bisa menjadi seperti sekarang.
Bupati kelahiran Pangkalpinang, 25 Desember 1962 tersebut bukan berasal dari keluarga mapan yang serba ada, namun itulah yang menjadikannya besar seperti sekarang.
Siapa sangka kalau orang nomor satu di Kabupaten Bangka itu dulunya pernah menjadi kenek truk dari Bangka ke Pangkalpinang.
Hal tersebut harus dilakoni anak pertama dari delapan bersaudara itu demi membantu membiayai sekolah adik-adiknya setelah ayahnya meninggal.
"Bahkan sebelum Ayah meninggal, Pak Yusron sudah menjadi kenek untuk membantu perekonomian keluarga kami," kata adik Yusroni yang nomor tiga, Yunan Yazid.
Yunan yang juga merupakan kepala Dinas Pendidikan Bangka mengisahkan perjuangan ibunya sebagai orang tua tunggal dalam membesarkan dia dan saudara-saudaranya memberi inspirasi untuk pantang menyerah.
"Setelah Ayah meninggal, Ibu menjadi tulang punggung keluarga, Beliau rela menjadi buruh cuci dari rumah-ke rumah," kata Yunan.
Badariah, nama ibunda Yusroni dan Yunan bersaudara, kini telah sepuh, tapi semangat kerja keras dan keikhlasannya senantiasa menginspirasi putra-putrinya.
Bu Badariah memulai harinya sejak pukul empat di pagi buta untuk mulai mencuci, lalu setelah itu Beliau harus mengantar dan mengambil cucian sampai pukul 11 siang, setelah itu harus memasak untuk kedelapan anaknya.
"Waktu itu adik saya yang bungsu baru berumur dua tahun, jadi bisa dibayangkan betapa repotnya Beliau," kata Yunan.
Lalu, pada sore harinya, Ibu Badariah harus membuat adonan mpek-mpek.
"Satu hal yang membuat kami bisa bertahan hingga sekarang dan bertekad untuk menjadi 'orang' adalah semangat kerja keras dan keikhlasan yang ditanamkan Ibu," ujar Yunan.
Yunan mengisahkan, saat masih sekolah, dia harus menjajakan empek-empek buatan Sang Ibu, sementara teman-temannya asyik bermain dengan bebas.
"Tapi waktu itu kami tidak malu, kami ikhlas, karena memang itu yang selalu kami lihat pada sosok Ibu kami, Beliau ikhlas menjalani kehidupannya jadi kami pun meneladani sikapnya itu," kata dia.
Yunan melanjutkan, "kami tahu kami 'berbeda' dari anak-anak yang lain, oleh karena itu kami harus bekerja lebih keras untuk masa depan kami," kisahnya sambil menitikkan air mata mengenang Sang Ibu.
hari ibu
Terkait dengan hari Ibu, Yunan mengimbau pada seluruh siswa untuk menjadikan momen tersebut sebagai penghormatan bagi para ibu dengan cara belajar lebih giat.
"Mari jadikan momen Hari Ibu untuk meningkatkan rasa bakti pada orang tua dengan cara rajin belajar dan meningkatkan prestasi," katanya.
Seperti sabda Rasulullah yang dikutip Yunan, Rasulullah menjelaskan kedudukan Ibu adalah yang paling mulia sehingga Beliau menyebutkan Ibu tiga kali baru kemudian Ayah.
"Oleh sebab itu, kita harus menghormati Ibu dan memuliakannya," kata dia.
Yunan mengatakan, tidak ada perayaan khusus untuk memperingati Hari Ibu yang jatuh pada 22 Desember mendatang.
"Namun biasanya di sekolah-sekolah ada perayaan khusus untuk memperingati Hari Ibu misalnya dengan mengadakan syukuran," katanya.
warisan
Selain sifat bekerja keras dan keikhlasan, Bu Badariah mengajarkan anak-anaknya untuk selalu menomorsatukan pendidikan.
"Meski dulu kami hidup dalam kesusahan, tapi Ibu pantang meminta-minta," tegas Yunan. "Ibu lebih senang melihat anak-anaknya tamat sekolah dengan hasil keringat sendiri dari pada meminta sumbangan dan sebagainya, apalagi dulu mana ada keringanan seperti sekarang misalnya dana BOS, bebas SPP, Ibu membayar penuh untuk semua biaya pendidikan kami," katanya.
Yunan mengatakan, warisan terbesar ibunya adalah pendidikan. Itulah yang selalu ia tanamkan pada putra-putrinya.
"Sama seperti Ibu, saya dan saudara-saudara saya tidak akan mewariskan harta atau kekayaan, tapi kami mewariskan ilmu dan akhlak, mudah-mudahan itu dapat membimbing mereka di kehidupannya," kata dia.
Meski demikian, Yunan menyadari cara menanamkan pengalaman dan pengajaran bagi putra-putrinya saat ini harus dibedakan dengan zaman dia dulu.
"Sekarang anak-anak butuh kebebasan, meski demikian kita harus tetap mengontrolnya, alhamdulillah, anak-anak saya senang mendengar cerita perjuangan neneknya dan itu memotivasi mereka untuk menjadi lebih baik," katanya.
Selain diwariskan pada putra-putrinya, Yunan juga memiliki tekad untuk ikut membentuk pendidikan karakter di tanah kelahirannya dengan cara mengabdi pada bidang pendidikan di Bangka.
Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang mendorongnya untuk berkarir di bidang pendidikan.
"Pendidikan adalah modal utama untuk pembangunan, memang hasilnya tidak bisa kita lihat secara langsung, tapi harus berkelanjutan, karena pendidikan adalah investasi jangka panjang," katanya.
Saat ini, hampir smeua putra-putri Bu Badariah telah menyelesaikan pendidikan hingga jenj
ang Master.
"Alhamdulillah perjuangan Ibu berhasil, kami tumbuh menjadi putra-putri yang membanggakan, bahkan salah satunya menjadi orang nomor satu di Bangka," kata suami dari Sri Hadiyati, yang juga bekerja di bidang pendidikan sebagai Kepala Sekolah SMA 1 Pemali.
Yunan menceritakan, ingin mengikuti jejak orang tuanya, putra-putri Yunan, Indah Nur Rizqi, dan Muhammad Farhan bercita-cita menjadi guru.
"Anak saya yang perempuan ingin menjadi guru Akuntansi, yang laki-laki ingin menjadi guru Matematika," kisahnya.
(T.i027/)