Pangkalpinang (Antara Babel) - Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan Provinsi Bangka Belitung mengembangkan sistem tanam padi tumpang sari untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani di daerah itu.
"Pada tahun ini, sistem tumpang sari dilakukan pada tanaman padi ladang dengan memanfaatkan lahan perkebunan sawit, karet, lada putih dan lainnya, sehingga petani tidak lagi membakar lahan padi ladang tersebut," ujar Kepala Distanbunnak Bangka Belitung (Babel) Toni Batu Bara di Pangkalpinang, Kamis.
Ia menjelaskan, pada tahun ini, petani padi ladang terancam gagal tanam karena mereka terkendala mengolah lahan pertanian seiring anomali cuaca yang ditandai dengan tingginya curah hujan yang terjadi beberapa hari terakhir.
"Pada awal bulan ini, seharusnya petani sudah mempersiapkan lahan untuk ditanami padi pada awal Juli, namun sampai saat ini, petani belum mengolah lahan karena mereka terkendala membakar lahannya," ujarnya.
Ia mengatakan, pola tanam dengan sistem tumpang sari di lorong areal kebun kelapa sawit, sehingga petani tidak perlu lagi membersihkan, membakar lahan pertanian.
"Kebiasaan petani padi ladang ini, yaitu membakar lahan sehingga akan memicu kebakaran hutan, polusi udara dan lainnya," ujarnya.
Menurut dia, benih padi yang akan ditanam dalam pengembangan pola tanam tumpang sari ini yaitu padi gogo karena lebih efisien dan memudahkan petani meningkatkan produksi beras.
"Saat ini, hanya sebagian kecil petani yang mulai menanam padi dengan pola tumpang sari, karena masih rendahnya pengetahuan mereka tentang tanam pola sistem tumpang sari ini," ujarnya.
Untuk itu, kata dia, pihaknya terus meningkatkan pengetahuan petani dengan menggencarkan sosialisasi, pelatihan, penyaluran benih dan lainnya.
"Apabila penerapan sistem tumpang sari ini sudah optimal, sehingga produksi padi petani Babel akan mengalami peningkatan yang cukup signifikan seiring luas perkebunan sawit, karet, lada putih di daerah itu mencapai ribuan hektare," ujarnya.
Ia mengatakan, produksi padi ladang tahun lalu mencapai 6.760 ton dengan luas panen 3.730 hektare tersebar di Kabupaten Bangka, Bangka Barat, Bangka Selatan, Bangka Tengah, Belitung dan Belitung Timur.
"Pada tahun ini diperkirakan produksi padi ladang akan mengalami penurunan karena curah hujan yang masih cukup tinggi, sehingga petani sulit mempersiapkan lahan untuk penanaman padi tersebut," ujarnya.