Muntok (Antara Babel) - Pemerintah Kabupaten Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung menyatakan daerah yang berada di ujung barat Pulau Bangka itu potensial mengembangkan wisata pengobatan tradisional.
"Sinshe, tabib, dukun kampung, dan pijat refleksi yang tersebar hingga pelosok sudah lama ada dan hingga kini masih tetap bertahan. Ini merupakan aset yang cukup potensial yang bisa dikembangkan," ujar Kepala Bidang Pembinaan Masyarakat dan Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Barat, Rudi Faizul Badri di Muntok, Rabu.
Ia menjelaskan, tumbuhnya berbagai praktik pengobatan alternatif di daerah itu karena sejak zaman dahulu Pulau Bangka memang terkenal memiliki berbagai jenis tanaman berkhasiat yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit.
Menurutnya, praktik pengobatan alternatif dari daerah itu sudah lama terkenal, bahkan tidak jarang orang luar daerah datang ke tempat itu hanya untuk berobat ke tabib atau dukun kampung.
"Banyak tumbuhan yang bisa digunakan sebagai bahan obat, dan variasi jenisnya cukup lengkap," kata dia.
Namun, menurut dia, sebaiknya para pelaku praktik tersebut bertanggung jawab dengan melakukan uji empiris dengan dipadu pengalaman mengobati yang aman.
Ia mencontohkan beberapa tumbuhan lokal yang sudah terbukti khasiatnya, seperti daun pucuk idat merah yang mengandung karoten, vitamin A dan antioksidan.
Secara turun temurun tumbuhan itu dikonsumsi dan biasa dijadikan sayur, hal ini terbukti bisa untuk menjaga kekencangan kulit dan meningkatkan produk ASI.
"Contoh lain akar tanaman top top yang rasanya pahit bisa digunakan untuk pengobatan diabetes dan masih banyak lagi tanaman di daerah itu yang dikembangkan para tabib," kata dia.
Ia menambahkan, tradisi minum teh tayu di Kecamatan Jebus dan Parittiga juga merupakan salah satu potensi wisata itu.
Menurut kepercayaan masyarakat setempat, minum teh tayu bisa menjadi lebih santai pikirannya, menghilangkan kembung dan lainnya.
"Berbagai potensi itu bisa dikembangkan menjadi wisata pengobatan alternatif dan prospeknya cukup menjanjikan," kata dia.
Ia mengharapkan para sinshe, tabib dan dukun kampung yang usianya sudah sekitar 80 tahun dan tidak sanggup keluar masuk hutan untuk menularkan ilmunya ke generasi yang lebih muda sehingga pengobatan alternatif tetap terjaga keberadaannya.
"Sumber daya alam dan para pelaku pengobatan alternatif ini merupakan potensi besar dan kami akan mencoba untuk membuat penelitian agar salah satu bentuk kearifan lokal bisa tetap terjaga," kata dia.