Pangkalpinang (Antara Babel) - Perum Bulog Subdivre Bangka, Provinsi Bangka Belitung (Babel) menyatakan kesiapannya membantu pemerintah daerah menstabilkan harga kedelai yang mengalami kenaikan cukup tinggi.
"Saat ini kami menunggu permintaan dari Pemerintah Provinsi Bangka Belitung untuk menstabilkan kembali harga kedelai tersebut," kata Kepala Perum Bulog Subdivre Bangka, Nur Untung Wahyudi di Pangkalpinang, Senin.
Ia menjelaskan, pada tahun ini Perum Bulog tidak hanya mengurusi pengelolaan produksi dan pendistribusian beras, namun juga berperan menangani produksi kedelai dan gula pasir yang harganya sedang melonjak drastis.
"Informasi sementara dari pemerintah provinsi yang diterima, stok kedelai untuk memenuhi kebutuhan warga masih cukup dan belum diperlukan peran Bulog untuk menambah stok guna menstabilkan harga komoditas tersebut," ujarnya.
Menurut dia, selama ini untuk memenuhi kebutuhan kedelai dan gula pasir Bangka Belitung masih tergantung pasokan dari daerah sentra produksi di Pulau Jawa dan Sumatera, sehingga potensi kenaikan harga yang lebih tinggi cukup besar.
"Sekitar 95 persen kedelai ini didatangkan dari luar karena hasil kedelai petani lokal yang sangat kurang, sehingga ketetapan harga di daerah ini masih berdasarkan hukum pasar," ujarnya.
Ia mengatakan, kenaikan harga kedelai yang tinggi tentu akan memberatkan ekonomi masyarakat, khususnya perajin tahu dan tempe.
"Bebarapa bulan terakhir perajin tahu dan tempe mengeluhkan kenaikan harga sehingga mereka terpaksa memperkecil ukuran tahu tempe agar tidak merugi," ujarnya.
Selain itu, kenaikan harga kedelai juga memperlambat perkembangan usaha kecil menengah, bahkan ada yang terpaksa menghentikan usahanya karena biaya produksi tidak sesuai dengan penjualan yang terus mengalami penurunan seiring melemahnya daya beli masyarakat.
"Sebagai bagian dari instansi pemerintah kami selalu siap jika diberikan mandat dan tugas untuk menangani produksi kedelai," ujarnya.