Ambon (Antara Babel) - Hasil penelitian arkeologi terkini untuk melacak
jejak Kerajaan Loloda di bagian utara Halmahera Barat, Maluku Utara,
menemukan bukti-bukti bahwa kerajaan tersebut mendapat pengaruh ajaran
Islam pada abad ke 17.
"Jejak arkeologi di pemukiman di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS)
Sungai Soa Sio, Loloda, Halmahera Barat dapat mengkonfirmasi catatan
sejarah Kerajaan Loloda sebelumnya," kata arkeolog dari Balai Arkeologi
Maluku, Wuri Handoko, di Ambon, Rabu.
Ia mengatakan dalam referensi sejarah tercatat pengaruh Islam dapat
dilihat dari adanya pemukiman Muslim yakni Soa-Sio dan Bantoli di
ibukota Loloda.
Tim survei Balai Arkeologi Maluku pada Maret 2017 melacak
jejak-jejak peninggalan kepurbakalaan dari kerajaan Loloda di wilayah
tersebut.
Dalam penelitian ditemukan jejak-jejak Kerajaan Loloda di daerah
aliran sungai (DAS) Soa Sio. Penduduk setempat menyebutnya sebagai Soa
Sio lama.
Di sana, para arkeolog berupaya mengidentifikasi dimensi lokasi
yang dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai areal bangunan masjid
kuno mereka, tapi sulit dilakukan karena tumbuhan perdu dan semak
belukar yang rimbun menutupinya.
Pada bagian barat lokasi masjid ditemukan sebuah batu pipih mirip dolmen berukuran sedang.
Menurut kepercayaan masyarakat setempat, batu itu adalah "batu
wudhu", digunakan sebagai tempat pijakan oleh umat Islam Loloda saat
menyucikan diri atau mengambil air wudhu.
Tak jauh dari lokasi situs masjid, juga ditemukan beberapa makam
kuno Islam, salah satu di antaranya adalah makam Imam Syawal yang
dipercaya sebagai imam pertama Kerajaan Loloda.
Dalam catatan sejarah, Imam Syawal disebutkan sebagai imam pertama
saat Loloda menjadi daerah distrik yang dikuasai oleh Hindia-Belanda.
Makam Imam Syawal berbentuk jirat dengan susunan batu dan bernisan
menhir, tapi kondisi nisan menujukan sudah diperbaharui, sehingga
menghilangkan nilai kekunoannya.
"Peninggalan masjid kuno Loloda sudah tidak ada sisanya. Kondisi
areal tanah yang tampaknya ditinggikan dan berpermukaan rata tersebut
sudah sulit dikenali," katanya.
Berdasarkan beberapa catatan sejarah yang ada, Loloda telah menjadi
pusat peradaban Islam sejak abad 17 Masehi. Islam dinyatakan masuk di
sana pada 1656.
Tulisan Chr. F. van Fraassen yang berjudul "Types of Socio
Political Structure in North-Halmahera History" pada 1979 mencatat pada
abad ke-17, Loloda telah menjadi pusat perkampungan kaum Muslim.
Satu sumber lain menyebutkan bahwa proses Islamisasi di Loloda
berasal dari salah satu penyiar Islam bernama Syekh Manyur. Ia
menyiarkan Islam di Ternate dan "Halmahera muka" yang bisa jadi adalah
Loloda.
Menyangkut nama Syekh Manyur yang dipercaya berasal dari Bagdad,
Irak, makamnya ditemukan oleh Balai Arkeologi Maluku di pedalaman Kao,
Halmahera Utara, dalam penelitian yang dilakukan setahun lalu.
"Tradisi tutur masyarakat Loloda yang sekarang tentang silsilah
pemimpin-pemimpin Loloda, menunjukkan nama dan gelar mereka identik
dengan Islam," ujar Wuri.
Arkeolog Temukan Pengaruh Islam di Kerajaan Loloda
Rabu, 26 Juli 2017 22:23 WIB
Dalam catatan sejarah, Imam Syawal disebutkan sebagai imam pertama saat Loloda menjadi daerah distrik yang dikuasai oleh Hindia-Belanda.