Pabrik peleburan bijih timah (smelter) milik PT Koba Tin di Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terkesan menjadi "gedung tua" yang ditelantarkan, setelah perusahaan timah swasta terbesar di Pulau Bangka itu berhenti beroperasi sejak 2013.

Ahmad Fauza, penanggung jawab manajemen perusahaan pasca berhenti beroperasinya perusahaan smelter itu, Selasa, membantah pabrik dan sejumlah aset perusahaan lainnya berupa gedung, mereka telantarkan dan diabaikan.

"Tidak begitu, karena memang tidak ada lagi aktivitas pabrik. Tetapi bukan berarti kami telantarkan, apalagi pembiaran," ujarnya.

Fauza mengatakan, perusahaan masih tetap dijaga beberapa penjaga yang dibayar pihak PT Koba Tin.

"Memang perusahaan berhenti beroperasi, tetapi manajemennya tetap jalan karena kami masih mengemban tugas melakukan reklamasi pasca tambang," ujarnya.

Sementara H Syamsir menyayangkan pihak PT Koba Tin terkesan membiarkan aset mereka menjadi telantar padahal nilainya mencapai belasan miliar.

"Sangat kami sayangkan PT Koba Tin terkesan membiarkan aset mereka telantar. Ibarat manusia, saat masih kuat tenaganya dipakai lalu saat uzur dan sudah tua ditelantarkan begitu saja dan nilainya bukan sedikit, smelter itu bisa mencapai ratusan miliar," ujarnya.

Pantauan Antara, smelter yang dibangun cukup kokoh dengan tiang tanur menjulang tinggi itu, sekarang sudah mulai keropos dan bahkan sebagian fasilitas pendukung di sekitar pabrik sudah "hilang".

Smelter yang kabarnya dibangun dengan mendatangkan arsitektur dari luar negeri itu, sekarang hanya tinggal sisa-sisa kemegahan dan kejayaan saja dan tidak ubahnya seperti gedung tua yang sudah uzur dan kemudian ditelantarkan.

Bahkan sebagian tungku peleburan atau penggorengan bijih timah yang terbuat dari batu bata berkualitas super tinggi, kini sudah mulai menjadi puing. Demikian juga kolam pencucian timah, menjadi lubang bekas yang mulai ditumbuhi rumput-rumput liar.

Sementara hampir semua material gedung jaga, staf dan tempat istirahat karyawan sudah rusak dan terlihat bekas dibongkar.

Pewarta: Ahmadi

Editor : Adhitya SM


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2019