Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat mengimbau kepada masyarakat agar waspada terhadap dampak air "urin tikus" atau leptospirosis bagi kesehatan.
"Kami imbau masyarakat agar waspada saja dari urin tikus dampak dari banjir," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Sidiq Handanu di Pontianak, Jumat.
Ia menjelaskan, data Dinkes Kota Pontianak mencatat, ada satu kasus leptospirosis yang terjadi Desember tahun 2019.
"Dari temuan kasus tersebut, sudah langsung kami tindak lanjuti, dengan meningkatkan kegiatan penemuan dini kasus suspek leptospirosis," ungkapnya.
Sidiq menambahkan, adapun gejala leptospirosis diantaranya, demam akut dengan atau tanpa sakit kepala disertai nyeri otot, lemah (malaise), dengan atau tanpa mata merah tanpa eksudat, dan ada riwayat terpapar lingkungan yang terkontaminasi bakteri leptosira atau urin tikus saat terjadi banjir.
Ia mengimbau kepada pengelola rumah sakit atau Puskesmas agar segera mengambil sampel apabila terjadi atau ditemukan kasus leptospirosis dan melakukan pengambilan spesimen serum dan segera mengirimkannya ke Dinkes Kota Pontianak.
Udara yang lembab dan suhu dingin membuat bakteri atau virus lebih mudah tumbuh sehingga masyarakat harus waspada terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau virus.
Salah satunya adalah leptospirosis, penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia, salah satunya dari urin tikus karena penyakit ini masuk melalui kulit dan mata.
Saat musim hujan, apalagi banjir, kulit menjadi lebih mudah ditembus kuman. Ketika kulit terkena kontak dengan kotoran, kuman akan lebih mudah masuk ke dalam tubuh, dan bisa menyerang lever dan bahkan bisa menyebabkan kematian.
Dalam kesempatan itu, Sidiq Handanu juga mengimbau kepada masyarakat untuk secara rutin membersihkan rumah dan segera membersihkan diri saat terkena air banjir agar kuman tidak sampai terbawa ke rumah.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2020
"Kami imbau masyarakat agar waspada saja dari urin tikus dampak dari banjir," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Sidiq Handanu di Pontianak, Jumat.
Ia menjelaskan, data Dinkes Kota Pontianak mencatat, ada satu kasus leptospirosis yang terjadi Desember tahun 2019.
"Dari temuan kasus tersebut, sudah langsung kami tindak lanjuti, dengan meningkatkan kegiatan penemuan dini kasus suspek leptospirosis," ungkapnya.
Sidiq menambahkan, adapun gejala leptospirosis diantaranya, demam akut dengan atau tanpa sakit kepala disertai nyeri otot, lemah (malaise), dengan atau tanpa mata merah tanpa eksudat, dan ada riwayat terpapar lingkungan yang terkontaminasi bakteri leptosira atau urin tikus saat terjadi banjir.
Ia mengimbau kepada pengelola rumah sakit atau Puskesmas agar segera mengambil sampel apabila terjadi atau ditemukan kasus leptospirosis dan melakukan pengambilan spesimen serum dan segera mengirimkannya ke Dinkes Kota Pontianak.
Udara yang lembab dan suhu dingin membuat bakteri atau virus lebih mudah tumbuh sehingga masyarakat harus waspada terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau virus.
Salah satunya adalah leptospirosis, penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia, salah satunya dari urin tikus karena penyakit ini masuk melalui kulit dan mata.
Saat musim hujan, apalagi banjir, kulit menjadi lebih mudah ditembus kuman. Ketika kulit terkena kontak dengan kotoran, kuman akan lebih mudah masuk ke dalam tubuh, dan bisa menyerang lever dan bahkan bisa menyebabkan kematian.
Dalam kesempatan itu, Sidiq Handanu juga mengimbau kepada masyarakat untuk secara rutin membersihkan rumah dan segera membersihkan diri saat terkena air banjir agar kuman tidak sampai terbawa ke rumah.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2020