Pemerintah pusat melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Keluatan dan Perikanan memfokuskan pengembangan budidaya sistem bioflok di lingkungan pesantren guna pemenuhan konsumsi gizi bagi santri.

Kasubdit Budidaya Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Warih Hardanu di Sungailiat, Rabu mengatakan, pemenuhan konsumsi gizi berimbang bagi santri di pesantren melalui penerapan budidaya ikan sistem bioflok sebagai langkah pemerintah dalam mencegah  masalah gizi buruk (stunting).

"Pencegahan kasus gizi buruk  menjadi tanggung jawab bersama lintas sektor baik dari pemerintah pusat sampai ke daerah," jelasnya.

Dia mengatakan, budidaya ikan menggunakan sistem bioflok dinilai lebih efektif, efesien serta mudah dalam pemeliharaannya. Sistem bioflok merupakan metode budidaya ikan lele melalui proses penumbuhan dan pengembangan mikro organisme. 

"Proses ini dilakukan dengan cara mengolah limbah hasil budidaya agar menjadi flok-flok atau gumpalan kecil sebagai makanan ikan secara alami," jelasnya.

Dia mengatakan, pengembangan budidaya air tawar dengan berbagai sistem yang diprogramkan pemerintah, bertujuan juga untuk meningkatkan minat konsumsi ikan air tawar oleh  masyarakat.

"Saat ini  konsumsi ikan air tawar oleh masyarakat secara nasional baru mencapai 38 kilogram pertahun perkapita dari target 58 kilogram pertahun perkapita," katanya.

Produksi ikan air tawar budidaya masyarakat di Indonesia kata dia, tahun 2020 ditargetkan 2.8 juta ton pertahun, sementara saat ini kemampuan produksi baru mencapai 2 juta ton pertahun.

"Saya optimis target tersebut dapat tercapai dengan peningkatan pengembangan budidaya ikan air tawar melalui kelompok pembudidaya dibawah binaan pemerintah daerah diseluruh Indonesia," katanya.

Ada beberapa program pemerintah lain untuk meningkatan produksi budidaya perikanan seperti, pengembangan budidaya ikan nila, ikan emas dan jenis lainnya termasuk ruput laut.
 

Pewarta: Kasmono

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2020