Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menggandeng empat perusahaan berskala intenasional, guna mengoptimalkan promosi dan pemasaran lada putih petani di daerah itu.

"Ini merupakan strategi kita untuk meningkatkan daya saing lada putih di pasar global," kata Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Erzaldi Rosman Djohan di Pangkalpinang, Kamis.

Ia mengatakan kerja sama promosi dan pemasaran lada putih dengan empat perusahaan berskala internasional yaitu PT Indonesia In Your Hand, Australia In Your Hand Pty Ltd, Interaromat BV dan Amirage International BV dapat meningkatkan ekspor, harga dan kejayaan lada petani di pasar global.

“Selama ini, pasar lada putih Babel di luar negeri cenderung stagnan, sementara negara produsen lada lainnya seperti Vietnam, India, Malaysia terus melakukan ekspansi pasar secara massif," ujarnya.

Menurut dia saat ini harga lada Babel tidak lagi menjadi harga patokan dunia, sudah beralih ke Vietnam. Sementara itu, ekspor lada putih Babel terbesar yakni ke Vietnam. Tentu saja hal ini merugikan petani lada daerah ini.

"Keunggulan lada putih Babel sangat diminati oleh pasar dunia, karena memiliki piperin antara lima hingga tujuh persen sehingga tingkat kepedasannya lebih tinggi dari pada komoditi dari negara lain," katanya.

Selain itu, lada putih Babel memiliki aroma minyak astiri yang sangat tajam dan sudah memiliki sertifikat indikasi geografis dari Kemenkumham RI.

"Dengan adanya sertifikat indikasi geografis, kami ingin membangun sistem resi gudang lada, membentuk koperasi lada, mengembangkan pasar lelang komoditi lada yang berbasis ICT, membangun kantor pemasaran bersama lada Babel bekerja sama dengan Indonesia In Your Hand serta memperluas akses pasar ekspor," ujarnya.

Dirjen PEN Kementerian Perdagangan RI, Kasan mendukung upaya Gubernur Erzaldi dalam melakukan berbagai langkah strategis untuk mengembalikan kejayaan lada putih Babel di dunia internasional yang nantinya berdampak pada peningkatan ekonomi petani.

“Bangka Belitung adalah daerah pengekspor komoditi lada tertinggi kedua setelah Lampung. Kendala kita saat ini penjualan produk lada dalam bentuk raw material menyebabkan negara pesaing lada Indonesia melakukan blended untuk meningkatkan nilai tambah produk lada negaranya. Hal ini perlu kita cermati, bagaimana supaya komoditi lada kita bisa memiliki nilai lebih," katanya.

Pewarta: Aprionis

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2020