Jakarta (Antara Babel) - Menteri ESDM Sudirman Said dalam rapat dengan
Komisi VII DPR di Jakarta, Senin, menyatakan mulai 2015 subsidi BBM
fosil dialihkan ke pengembangan sektor-sektor yang lebih produktif di
antaranya untuk bahan bakar nabati (BBN).
"Ke depannya akan semakin sedikit subsidi yang diberikan untuk BBM karena dialihkan ke sektor-sektor yang lebih produktif seperti biodiesel dan bioetanol," ujar dia.
Oleh karena itu, dalam RAPBN-P 2015 Kementerian ESDM mengusulkan penambahan subsidi untuk biodiesel dari yang semula Rp1.500 per liter menjadi Rp5.000 per liter, sedangkan bioetanol dari yang semula Rp2.000 per liter menjadi Rp3.000 per liter baik bagi sektor PSO maupun non-PSO.
Hal itu menunjukkan ada penambahan alokasi BBN sebesar Rp14,31 triliun dari APBN 2015 sebesar Rp3,09 triliun menjadi RAPBN-P 2015 sebesar Rp17,40 triliun.
Pemerintah juga mengusulkan penambahan volume minyak solar ditambah biodiesel 10 persen (B10) dari yang semula 15,67 juta kiloliter dalam APBN 2015 menjadi 17,05 juta kiloliter dalam RAPBN-P 2015.
"Tahun ini kami menargetkan 10 persen campuran biodiesel pada solar, sedang ada pemikiran apakah bisa ditingkatkan menjadi 20 persen sesuai dengan usulan Menteri Keuangan," tutur Sudirman.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Rida Mulyana menjelaskan bertambahnya subsidi BBN akan membawa berbagai manfaat di antaranya penghematan devisa dan pengurangan ketergantungan terhadap BBM (fosil) senilai Rp20,4 triliun.
Lalu, nilai tambah industri hilir kelapa sawit (CPO menjadi biodiesel) meningkat Rp7 triliun, harga CPO dunia naik menjadi 146,62 dolar AS per ton, dan menyerap 3.000 orang tenaga kerja.
"Yang jelas akan ada peningkatan pendapatan petani kelapa sawit sebesar 15,3 persen," tuturnya.
Dalam rapat kerja tersebut Menteri ESDM mengusulkan volume BBM dan elpiji bersubsidi dalam RAPBN-P 2015 sebesar 17,9 juta kiloliter terdiri dari volume B10 sebesar 17,05 juta kiloliter dan minyak tanah 0,85 juta kiloliter.
Jumlah tersebut, ujar dia, menurun signifikan jika dibandingkan dengan realisasi volume 2014 sebesar 46,79 juta kiloliter dan volume dalam APBN 2015 sebesar 46 juta kiloliter.
"Mengalami penurunan karena adanya perubahan kebijakan pemerintah yaitu penghapusan subsidi untuk premium menyusul penurunan harga minyak mentah dunia," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2015
"Ke depannya akan semakin sedikit subsidi yang diberikan untuk BBM karena dialihkan ke sektor-sektor yang lebih produktif seperti biodiesel dan bioetanol," ujar dia.
Oleh karena itu, dalam RAPBN-P 2015 Kementerian ESDM mengusulkan penambahan subsidi untuk biodiesel dari yang semula Rp1.500 per liter menjadi Rp5.000 per liter, sedangkan bioetanol dari yang semula Rp2.000 per liter menjadi Rp3.000 per liter baik bagi sektor PSO maupun non-PSO.
Hal itu menunjukkan ada penambahan alokasi BBN sebesar Rp14,31 triliun dari APBN 2015 sebesar Rp3,09 triliun menjadi RAPBN-P 2015 sebesar Rp17,40 triliun.
Pemerintah juga mengusulkan penambahan volume minyak solar ditambah biodiesel 10 persen (B10) dari yang semula 15,67 juta kiloliter dalam APBN 2015 menjadi 17,05 juta kiloliter dalam RAPBN-P 2015.
"Tahun ini kami menargetkan 10 persen campuran biodiesel pada solar, sedang ada pemikiran apakah bisa ditingkatkan menjadi 20 persen sesuai dengan usulan Menteri Keuangan," tutur Sudirman.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Rida Mulyana menjelaskan bertambahnya subsidi BBN akan membawa berbagai manfaat di antaranya penghematan devisa dan pengurangan ketergantungan terhadap BBM (fosil) senilai Rp20,4 triliun.
Lalu, nilai tambah industri hilir kelapa sawit (CPO menjadi biodiesel) meningkat Rp7 triliun, harga CPO dunia naik menjadi 146,62 dolar AS per ton, dan menyerap 3.000 orang tenaga kerja.
"Yang jelas akan ada peningkatan pendapatan petani kelapa sawit sebesar 15,3 persen," tuturnya.
Dalam rapat kerja tersebut Menteri ESDM mengusulkan volume BBM dan elpiji bersubsidi dalam RAPBN-P 2015 sebesar 17,9 juta kiloliter terdiri dari volume B10 sebesar 17,05 juta kiloliter dan minyak tanah 0,85 juta kiloliter.
Jumlah tersebut, ujar dia, menurun signifikan jika dibandingkan dengan realisasi volume 2014 sebesar 46,79 juta kiloliter dan volume dalam APBN 2015 sebesar 46 juta kiloliter.
"Mengalami penurunan karena adanya perubahan kebijakan pemerintah yaitu penghapusan subsidi untuk premium menyusul penurunan harga minyak mentah dunia," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2015