Kementerian Kesehatan RI memperkuat Strategi Nasional Penanggulangan Dengue di Tanah Air dengan menambah tiga program kerja baru yang diimplementasikan pada 2021 hingga 2025.
"Awalnya ada tiga strategi utama, pengendalian vektor, peningkatan kapasitas surveilans, serta tata kelola dan deteksi dini," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis Kementerian Kesehatan Didik Budijanto saat membuka peluncuran Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025 yang disiarkan melalui kanal Youtube P2TVZ yang dipantau dari Jakarta, Jumat.
Dalam strategi nasional kali ini, kata Didik, Kemenkes menjabarkan lagi tiga strategi tambahan di antaranya peningkatan partisipasi masyarakat dan institusi yang berkesinambungan, penguatan kebijakan-manajemen program, kemitraan, dan komitmen pemerintah serta pengembangan kajian, penelitian dan inovasi sebagai dasar kebijakan serta manajemen program berbasis bukti.
"Tiga program tambahan ini adalah untuk memperkuat tiga program yang sudah berjalan selama ini," katanya.
Pada acara yang sama, Plt Direktur Pencegahan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rondonuwu mengatakan tujuan secara umum kebijakan tersebut adalah menurunkan beban kesehatan masyarakat akibat dengue.
"Secara khusus tujuannya adalah meningkatkan upaya pencegahan kejadian dengue yang efektif, meningkatkan akses masyarakat terhadap tatalaksana dengue yang berkualitas serta menguatkan surveilans dan respons terhadap kejadian dengue dan KLB serta meningkatkan kepedulian dan partisipasi masyarakat berkesinambungan terhadap penanggulangan dengue," katanya.
Maxi mengatakan sejak kali pertama kasus dengue dilaporkan pada 1968 di Jakarta dan Surabaya, jumlah kasusnya terus meningkat pesat selama beberapa dekade dan meluas di seluruh daerah.
"Kasusnya meningkat dalam 20 tahun terakhir. Meski cenderung meningkat, namun angka kematian selalu mengalami penurunan jadi 1 persen sejak 2008. Kalau dibandingkan beberapa tahun sebelumnya pernah sampai di 40 persen lebih," ujarnya.
Meski angka kematian mengalami kecenderungan penurunan, kata Maxi, namun di tempat berpopulasi tinggi tetap perlu menjadi perhatian seluruh pihak. "Pada 2020 hingga 2022 angka kematian ditekan sampai 0,7 persen. 2023 hingga 2024 menjadi 0,6 persen dan 2025 menjadi 0,5 persen," katanya.
Maxi menambahkan pandemi COVID-19 memberikan pelajaran berharga bahwa koordinasi, kolaborasi lintas sektor, solidaritas bukan hanya sebuah konsep tapi merupakan kekuatan luar biasa yang mampu menyelesaikan persoalan bangsa.
"Semoga target nol angka kematian dengue pada 2030 bisa kita capai," katanya.
Peluncuran Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025 merupakan bagian dari rangkaian acara peringatan Asian Dengue tahun 2021 dengan tema "Bersama Lawan Dengue di Masa Pandemi COVID-19".
Kegiatan tersebut dihadiri oleh perwakilan pejabat terkait lintas lembaga, organisasi profesi, 60 orang pakar, hingga pemerhati berjumlah sekitar 500 peserta.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2021
"Awalnya ada tiga strategi utama, pengendalian vektor, peningkatan kapasitas surveilans, serta tata kelola dan deteksi dini," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis Kementerian Kesehatan Didik Budijanto saat membuka peluncuran Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025 yang disiarkan melalui kanal Youtube P2TVZ yang dipantau dari Jakarta, Jumat.
Dalam strategi nasional kali ini, kata Didik, Kemenkes menjabarkan lagi tiga strategi tambahan di antaranya peningkatan partisipasi masyarakat dan institusi yang berkesinambungan, penguatan kebijakan-manajemen program, kemitraan, dan komitmen pemerintah serta pengembangan kajian, penelitian dan inovasi sebagai dasar kebijakan serta manajemen program berbasis bukti.
"Tiga program tambahan ini adalah untuk memperkuat tiga program yang sudah berjalan selama ini," katanya.
Pada acara yang sama, Plt Direktur Pencegahan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rondonuwu mengatakan tujuan secara umum kebijakan tersebut adalah menurunkan beban kesehatan masyarakat akibat dengue.
"Secara khusus tujuannya adalah meningkatkan upaya pencegahan kejadian dengue yang efektif, meningkatkan akses masyarakat terhadap tatalaksana dengue yang berkualitas serta menguatkan surveilans dan respons terhadap kejadian dengue dan KLB serta meningkatkan kepedulian dan partisipasi masyarakat berkesinambungan terhadap penanggulangan dengue," katanya.
Maxi mengatakan sejak kali pertama kasus dengue dilaporkan pada 1968 di Jakarta dan Surabaya, jumlah kasusnya terus meningkat pesat selama beberapa dekade dan meluas di seluruh daerah.
"Kasusnya meningkat dalam 20 tahun terakhir. Meski cenderung meningkat, namun angka kematian selalu mengalami penurunan jadi 1 persen sejak 2008. Kalau dibandingkan beberapa tahun sebelumnya pernah sampai di 40 persen lebih," ujarnya.
Meski angka kematian mengalami kecenderungan penurunan, kata Maxi, namun di tempat berpopulasi tinggi tetap perlu menjadi perhatian seluruh pihak. "Pada 2020 hingga 2022 angka kematian ditekan sampai 0,7 persen. 2023 hingga 2024 menjadi 0,6 persen dan 2025 menjadi 0,5 persen," katanya.
Maxi menambahkan pandemi COVID-19 memberikan pelajaran berharga bahwa koordinasi, kolaborasi lintas sektor, solidaritas bukan hanya sebuah konsep tapi merupakan kekuatan luar biasa yang mampu menyelesaikan persoalan bangsa.
"Semoga target nol angka kematian dengue pada 2030 bisa kita capai," katanya.
Peluncuran Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025 merupakan bagian dari rangkaian acara peringatan Asian Dengue tahun 2021 dengan tema "Bersama Lawan Dengue di Masa Pandemi COVID-19".
Kegiatan tersebut dihadiri oleh perwakilan pejabat terkait lintas lembaga, organisasi profesi, 60 orang pakar, hingga pemerhati berjumlah sekitar 500 peserta.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2021