Kota Pangkalpinang baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-255 pada 17 September lalu. Meski kota ini tidak sekuno Athena di Yunani atau Aleppo di Suriah, namun perjalanannya cukup panjang dalam mengantarkan Indonesia ke pintu gerbang kedaulatannya.

Perjalanan selama dua abad lebih yang telah dilalui Kota Pangkalpinang dapat dirasakan melalui rupa dan rona kotanya, yang mencoba bercerita kepada siapa saja yang singgah di ibukota provinsi penghasil lada dan timah, Kepulauan Bangka Belitung, tersebut.

Budayawan sekaligus Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Pangkalpinang, Akhmad Elvian, memaparkan, Kota Pangkalpinang disebut "kota kemenangan" karena kota tersebut menjadi saksi perjuangan diplomasi bangsa Indonesia dalam menegakkan kedaulatannya.

"Pangkalpinang adalah pangkal kemenangan dan akhir perjuangan diplomasi serta fisik bangsa Indonesia yang berakhir pada 27 Desember 1949 di Den Haag dalam Konferensi Meja Bundar," kata Elvian di Pangkalpinang, Sabtu.

Saat itu, sekitar 150 orang pemimpin bangsa diasingkan di Bangka, antara lain, Presiden Soekarno, Mohd. Hatta (Wakil Presiden), Sutan Sjahrir, Haji Agus Salim, RS. Soerjadarma, MR. Assaat (Ketua KNIP) dan MR. AG. Pringgodigdo (Sekretaris Negara).

"Pada 5 Februari 1949, Bung Karno dan Haji Agus Salim (Menteri Luar Negeri) tiba di Pelabuhan Pangkalbalam dari pengasingan di Parapat dengan menggunakan pesawat Catalina untuk bergabung dengan pemimpin lain yang telah lebih dulu tiba di Menumbing," kata Elvian.

Selain itu, tiga tokoh BFO (Bijeenkomst Voor Federal Overleg), Mr Soejono, Anak Agung Gde Agung, dan dr. Ateng juga datang untuk merundingkan bentuk Negara Indonesia di masa depan.

Awalnya perundingan-perundingan dilakukan di Menumbing, Bangka Barat, kemudian karena peserta perundingan bertambah dengan hadirnya pejabat dari Komisi Tiga Negara (KTN), maka perundingan dipindahkan ke Pangkalpinang, tepatnya di Museum Timah
   
"Melalui beberapa perundingan diplomasi di Pangkalpinang itulah maka lahir Konferensi Roem Royen 7 Mei 1949 yang salah satu isinya menyatakan Belanda menyetujui kembalinya Pemerintah Republik Indonesia ke Yogyakarta.

Pada tanggal 6 Juli 1949 Presiden Soekarno dan rombongan akhirnya kembali ke Yogyakarta. Saat hendak bertolak, Soekarno memberikan sebuah pidato yang berkesan, salah satu kalimat yang diucapkannya adalah "Dari Pangkalpinang, pangkal kemenangan bagi perjuangan."

Sejarah

Menurut Akhmad Elvian, secara etimologis, Pangkalpinang berasal dari kata Pangkal atau Pengkal dan Pinang. Pengkal, dalam Bahasa Melayu Bangka berarti pusat atau awal.

"Hal itu juga dapat diartikan sebagai awal mula pusat pengumpulan timah di Bangka, yang kemudian bermakna awal segala kegiatan penambangan timah," kata Elvian.

Sementara itu Pinang (areca chatecu) adalah nama sejenis tumbuhan palem yang banyak tumbuh di Pulau Bangka.

"Penamaan Pangkalpinang sejarahnya bermula dari terbentuknya kampung kecil yang banyak ditumbuhi Pohon Pinang," kata Elvian.

Elvian melanjutkan, di tengah-tengah kampung tersebut mengalir sungai-sungai yang menjadi jalur transportasi perahu atau "wangkang" yang membawa muatan timah.

Pada masa Sultan Ahmad Najamuddin Adi Kesumo, Pangkalpinang menjadi sebuah kademangan.

"Hal tersebut diperkirakan sekitar tahun 1766 M, pada saat itu rakyat Pulau Bangka mengalami zaman keemasan, karena rakyat diberi kebebasan menambang timah dan menjualnya kepada Sultan Palembang," kata dia.

Sultan Ahmad Najamuddin Adi Kesumo kemudian membuat peraturan yaitu setiap penambang harus membayar konsensi berupa satu potong "timah tiban-tukon" setiap tahun kepada Sultan Palembang sebagai pajak.

 "Berat timah tiban-tukon tersebut 50 kati atau 31 kg, sebagai balas jasa atas pajak tersebut, Sang Sultan memberi selembar baju hitam dan cukin pada masyarakat," kata dia.

Saat ini

Kini, 67 tahun kemudian setelah Indonesia resmi lepas dari penjajahan, Pangkalpinang terus menunjukkan geliatnya untuk mendukung pembangunan Republik. Arah pembangunan Kota Pangkalpinang ke sektor jasa dan perdagangan terus didukung dengan perbaikan mutu sumber daya manusia (SDM) yang ada.

Walikota Pangkalpinang, Zulkarnain Karim, menyatakan pentingnya peningkatan mutu SDM untuk pembangunan. Oleh sebab itu, sejak 2006, Pangkalpinang menyatakan diri menjadi kota 'cyber city' yang mendukung pengembangan SDM dengan teknologi informasi.

"Pangkalpinang akan menjadi kota yang maju hanya jika kita memiliki SDM yang andal, dengan peningkatan kualitas SDM yang didukung teknologi informasi dan pendidikan akhlak yang baik, Insya Allah kita akan terus maju," kata Zulkarnain.

Selain terus memperbaiki mutu SDM, Pangkalpinang juga senantiasa melakukan promosi untuk menarik minat investor dan wisatawan, salah satunya adalah melalui acara pameran wisata tahunan yang diadakan di Kota Pangkalpinang.

Selama lima hari, Pekan Wisata Expo dan Pangkalpinang Fair tahun 2012 digelar di Alun-alun Taman Merdeka, 22-26 September 2012.

Penyelenggaraan kegiatan tersebut, menurut Walikota Pangkalpinang, adalah sebagai bagian dari peringatan hari jadi Kota Pangkalpinang ke-255.

"Kegiatan ini akan menjadi pesta rakyat yang bertajuk pariwisata, sekaligus menjadi ajang bertemunya 'buyer' dan pelaku pariwisata dan produk-produk lain," kata Walikota dalam sambutannya saat membuka acara pada Sabtu malam.

Pekan Wisata Expo dan Pangkalpinang Fair diikuti oleh berbagai pelaku usaha pariwisata, baik dari instansi pemerintah  maupun swasta, lembaga pendidikan, berbagai Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang keseluruhannya terdapat 30 stand.

Acara tahunan bertema "welcome to Pangkalpinang, city of victory" tersebut juga digelar untuk memperingati Hari Pariwisata Dunia yang dirayakan setiap tanggal 27 September.

Di usianya yang kini telah mencapai 255 tahun, kota sangat bersejarah dari segi diplomasi itu agaknya akan mencatat prestasi lain, terutama di sektor ekonomi dan kepariwisatraan.

(T.I027/)

Pewarta: Oleh: Ida Nurcahyani

Editor : Ida


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2012