Kuala Lumpur/Beijing (Antara Babel) - Keluarga korban pesawat hilang Malaysia Airlines MH370 marah kepada Malaysia ketika sekitar 50 keluarga menggelar unjuk rasa di dekat Kedutaan Besar Malaysia di Beijing dan sempat bersitegang dengan polisi yang berusaha menghentikan mereka memasuki jalan menuju Kedubes Malaysia itu.

Setelah ditemukan Rabu pekan lalu, potongan sayap yang disebut flaperon, terus diteliti para penyelidik di Prancis, dan sudah ada kepastian dari Malaysia bahwa serpihan itu adalah dari MH370.

"Malaysia, carilah penumpang-penumpang itu," teriak para demonstran, sedangkan yang lain berseru, "Malaysia menyembunyikan kebenaran, Malaysia menunda pencarian."

Seorang wanita yang anak perempuannya menjadi salah satu penumpang MH370 menuntut jawaban dari Malaysia.

"Saya ingin tahu gerangan apa yang telah terjadi pada MH370. Saya ingin pemerintah Malaysia memberikan argumen yang bisa diandalkan, benar dan meyakinkan untuk meyakinkan kami karena ini sudah lebih dari 500 hari," kata perempuan yang meminta identitasnya tidak diungkapkan.

Demonstran ingin bertemu dengan para pejabat Malaysia.

"Kami meminta pemerintah Malaysia memberi kami penjelasan untuk hal ini," kata Cheng Liping, yang suaminya menumpang MH370, menunjuk keanehan yang ditunjukkan Malaysia. "Tak seorang pun dari pemerintahan Malaysia yang menunjukkan batang hidungnya."

Menteri Transportasi Malaysia Liow Tiong Lai mengatakan memahami keingintahuan keluarga korban MH370 mengenai apa yang telah menimpa orang-orang terkasihnya.

"Mereka cemas dan mereka berusaha mencari jawaban," kata Liow kepada Reuters.

Brian Alexander, pengacara dari firma hukum Kreindler & Kreindler LLC Amerika Serikat, yang mewakili 48 keluarga penumpang MH370 dari seluruh dunia, menyatakan flaperon tidak cukup menjadi bukti untuk mengajukan gugatan hukum dalam hubungannya dengan kecelakaan MH370 itu.

Pewarta:

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2015