Toboali (Antara Babel) - Petani lada putih di Desa Pongok, Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengarapkan pasokan pupuk bersubsidi untuk mengembangkan dan meningkatkan panen komoditas ekspor tersebut.

"Selama ini kami belum pernah mendapatkan pupuk bersubsidi dari pemerintah dan distributor tidak memiliki pupuk murah itu," kata seorang petani lada putih di Desa Pongok, Ilyas, Kamis.

Menurut dia, selama ini petani hanya menggunakan pupuk nonsubsidi dengan harga yang tinggi, sehingga menyulitkan mereka mengembangkan perkebunan.

"Kami sudah pernah mengusulkan melalui kelompok tani untuk mendapatkan pupuk bersubsidi ini, namun karena syarat-syaratnya yang tidak memungkinkan membuat kami terpaksa membeli pupuk nonsubsidi," ujarnya.

Ia mengatakan, syarat untuk mendapatkan pupuk bersubsidi yaitu pembelian minimal satu truk atau sekitar tujuh ton, sementara kebutuhan kelompok tani hanya sekitar dua ton per bulan.

"Distributor pupuk dan kelompok tani harus membeli pupuk sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh produsen pupuk itu," ujarnya.

Menurut dia, syarat yang ditetapkan produsen cukup berat, sehingga petani terpaksa membeli pupuk yang harganya lebih mahal. "Kami terpaksa tetap membeli pupuk industri, karena merupakan kebutuhan utama," ujarnya.

Demikian juga Sahir, petani lada lainnya yang berharap pemerintah menyalurkan pupuk bersubsidi kepada petani di daerah terpencil.

"Saat ini harga pupuk urea isi 50 kilogram mencapai Rp230 ribu per karung, sehingga biaya perawatan dan pengelolaan tanaman lada putih menjadi tinggi," ujarnya.

Ia berharap Pemkab Bangka Selatan dapat memfasilitasi dan  memberikan solusi terkait masalah ini sehingga petani lada di Desa Pongok dapat merasakan harga pupuk yang lebih murah.

"Kami hanya berharap pemda dapat mencari jalan keluar bagi kesulitan petani ini agar biaya produksi tanaman lada dapat ditekan sekecil mungkin," katanya.

Pewarta: Juniardi

Editor : Mulki


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2015