Umat Hindu di Dusun Balitung, Desa Adat Girijati, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, mengarak empat ogoh-ogoh menjelang Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1944 yang jatuh pada Kamis (3/3).

Sekretaris Desa Adat Girijati I Gusti Ngurah Oka di Sijuk, Belitung, Rabu, mengatakan pawai ogoh-ogoh dilakukan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan COVID-19 secara ketat.

"Kami imbau agar tetap mematuhi protokol kesehatan secara ketat dengan tetap mematuhi protokol kesehatan dan menghindari terjadinya kerumunan," katanya.

Ia mengatakan selama dua tahun terakhir pawai ogoh-ogoh di daerah itu ditiadakan mengingat situasi pandemi COVID-19.

"Syukur pada tahun ini pelaksanaan pawai ogoh-ogoh bisa kembali dilaksanakan secara sederhana namun dengan tetap mematuhi protokol kesehatan secara ketat," ujarnya.

Ia menambahkan ogoh-ogoh adalah patung yang dibuat dengan karakter menyeramkan karena menyimbolkan sosok jahat atau setan yang dapat mengganggu jalannya perayaan Nyepi.

"Ogoh-ogoh menyimbolkan 'Bhuta Kala' bagi kami ada roh-roh jahat yang akan mengganggu kehidupan selama ini," katanya.

Ia menjelaskan usai arak-arakan ogoh-ogoh keliling kampung, selanjutnya ogoh-ogoh dibawa kembali ke tempat awal kemudian dibakar secara bersamaan.

"Pembakaran adalah simbol pembasmian dari roh-roh jahat dan pertanda bahawa perayaan Nyepi segera dimulai," ujarnya.

Pewarta: Apriliansyah

Editor : Bima Agustian


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2022