Pangkalpinang (Antara Babel) - Ketua Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) Isnawati Hadi menyatakan usaha kecil menengah (UKM) di wilayah itu membutuhkan pelatihan untuk meningkatkan kualitas produknya.
"Berdasarkan pengalaman, perajin di sini sangat kekurangan SDM untuk mengembangkan usahanya, Sebagai contoh kerajinan cual yang terpaksa harus membangun galeri produksi di Pulau Jawa karena kurangnya SDM yang memiliki keterampilan," katanya di Pangkalpinang, Rabu.
Isnawati menekankan pelatihan terutama diberikan kepada perajin yang ingin mengembangkan usahanya.
Bukan hanya keterampilan, katanya, SDM di Babel juga membutuhkan motivasi.
"Buktinya, kalau mengerjakan tenun cual di Jawa bisa diselesaikan dalam satu hari tapi kalau di sini butuh satu minggu," kata perempuan yang juga merupakan pelopor tenun cual itu.
Hal tersebut membuat cual sulit berkembang di Babel karena produk tidak bisa dijual dengan harga rendah, katanya.
Sementara Kabid IKM Disperindag Babel Darnis Rachmiyati mengakui permasalahan pengembangan UKM di Babel adalah masih kurangnya SDM yang mampu dan memiliki niat untuk bekerja keras dalam mengembangkan UKM.
"Sebenarnya permasalahan mereka sangat kompleks dan bermacam-macam seperti kurangnya minat untuk belajar, kekurangan dana untuk mengembangkan usaha dan masih banyak alasan lainnya," ujarnya.
Ia mengatakan, sebenarnya permasalahan itu semua bisa diatasi tergantung minat dan niat seseorang untuk meningkatkan kualitas UKM tersebut.
Meski demikian, Darnis mengatakan selama 2012, UKM di Babel terus berkembang. Pada 2012 UKM bertambah 130 unit atau menjadi sebanyak 6.773 unit dari jumlah tahun sebelumnya 6.643 unit.
Pertumbuhan IKM tersebut juga diikuti meningkatnya nilai investasi pada 2012 sebesar Rp154.385.961 dibandingkan tahun sebelumnya Rp107.433.444.
Nilai investasi terbesar untuk UKM di sektor industri bahan kimia dan bahan bangunan mencapai Rp79.424.605, selanjutnya industri logam dan elektronik, pangan, sandang dan industri kerajinan.
Sementara itu, sebanyak 150 wanita pengusaha di Babel telah tergabung dalam Iwapi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2013
"Berdasarkan pengalaman, perajin di sini sangat kekurangan SDM untuk mengembangkan usahanya, Sebagai contoh kerajinan cual yang terpaksa harus membangun galeri produksi di Pulau Jawa karena kurangnya SDM yang memiliki keterampilan," katanya di Pangkalpinang, Rabu.
Isnawati menekankan pelatihan terutama diberikan kepada perajin yang ingin mengembangkan usahanya.
Bukan hanya keterampilan, katanya, SDM di Babel juga membutuhkan motivasi.
"Buktinya, kalau mengerjakan tenun cual di Jawa bisa diselesaikan dalam satu hari tapi kalau di sini butuh satu minggu," kata perempuan yang juga merupakan pelopor tenun cual itu.
Hal tersebut membuat cual sulit berkembang di Babel karena produk tidak bisa dijual dengan harga rendah, katanya.
Sementara Kabid IKM Disperindag Babel Darnis Rachmiyati mengakui permasalahan pengembangan UKM di Babel adalah masih kurangnya SDM yang mampu dan memiliki niat untuk bekerja keras dalam mengembangkan UKM.
"Sebenarnya permasalahan mereka sangat kompleks dan bermacam-macam seperti kurangnya minat untuk belajar, kekurangan dana untuk mengembangkan usaha dan masih banyak alasan lainnya," ujarnya.
Ia mengatakan, sebenarnya permasalahan itu semua bisa diatasi tergantung minat dan niat seseorang untuk meningkatkan kualitas UKM tersebut.
Meski demikian, Darnis mengatakan selama 2012, UKM di Babel terus berkembang. Pada 2012 UKM bertambah 130 unit atau menjadi sebanyak 6.773 unit dari jumlah tahun sebelumnya 6.643 unit.
Pertumbuhan IKM tersebut juga diikuti meningkatnya nilai investasi pada 2012 sebesar Rp154.385.961 dibandingkan tahun sebelumnya Rp107.433.444.
Nilai investasi terbesar untuk UKM di sektor industri bahan kimia dan bahan bangunan mencapai Rp79.424.605, selanjutnya industri logam dan elektronik, pangan, sandang dan industri kerajinan.
Sementara itu, sebanyak 150 wanita pengusaha di Babel telah tergabung dalam Iwapi.
Editor : Rustam Effendi
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2013