Muntok (Antara Babel) - Pemerintah Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung mengungkapkan pengembangan biogas di tiga lokasi di daerah itu terkendala bahan baku karena produksi kotoran sapi di tingkat peternak minim.


"Dari tiga lokasi pengembangan biogas, tinggal satu yang masih bertahan yaitu di Desa Airkuang, Kecamatan Jebus, sementara dua lainnya ritutup," kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bangka Barat Suhadi di Muntok, Sabtu.


Ia menjelaskan, dua tempat pengembangan biogas yang ditutup yaitu di Desa Pelangas, Kecamatan Simpang Teritip dan Pait Jaya, Kecamatan Muntok, karena produksi kotoran sapi di tingkat peternak di dua lokasi itu minim.


Bahkan, kata dia, peternakan sapi yang dahulu sempat berkembang di Desa Pelangas, saat ini sudah tidak ada lagi karena tidak begitu diminati warga.


"Untuk yang di Pait Jaya, sebenarnya produksi kotoran sapi cukup banyak, namun oleh pemiliknya di fokuskan untuk pembuatan kompos yang diyakini memiliki nilai ekonomis tinggi dibanding mengembangkan biogas," kata dia.


Menurut dia, satu lokasi pengembangan biogas yang masih bertahan yaitu di Desa Air Kuang yang mampu mencukupi kebutuhan energi gas sebagian warga di desa itu, meskipun belum seluruh KK memanfaatkannya.


"Kami perkirakan biogas di Desa Air Kuang masih kekurangan 200 ekor sapi untuk bisa mencukupi kebutuhan energi dan dialirkan ke seluruh rumah warga," kata dia.


Ia mengatakan, dari sebanyak 546 bubung rumah di Desa Air Kuang yang sudah diluncurkan sebagai desa mandiri energi tersebut baru ada 80 ekor sapi, padahal untuk mencukupi seluruh kebutuhan rumah tangga sedikitnya butuh sekitar 280 ekor sapi yang akan dimanfaatkan kotorannya sebagai bahan baku pembuatan biogas.


"Secara berkala akan kami tigkatkan populasi di desa itu, baik berupa bantuan langsung berupa bibit sapi maupun pengembangbiakan ternak yang sudah ada yang akan dipatau lebih intensif oleh petugas penyuluh dan peternakan," kata dia.


Menurut dia, dengan ditetapkannya Desa Airkuang, sebagai desa mandiri energi karena memiliki kluster pengembangan ternak sapi yang lebih bagus dibanding desa lain dan diharapkan menjadi percontohan mengenai pengelolaan kotoran sapi menjadi energi.


"Kami yakin ke depan pengembangan biogas akan kembali marak di darah itu seiring tingginya harga gas elpiji dan minyak tanah serta tarif listrik dari PT PLN Persero," kata dia.


Seiring tingginya harga energi, kata dia, alternatif menggunakan energi ramah lingkungan seperti biogas memiliki nilai ekonomis tinggi dan kemungkinan besar akan dilirik warga sekaligus dalam upaya mencukupi permintaan daging yang terus meningkat.


"Ini merupakan peluang usaha masyarakat, meskipun saat ini yang bertahan mengembangkan biogas hanya di satu desa, namun kami yakin ke depan desa-desa lain akan mengikuti Desa Air Kuang karena energi menjadi murah dengan memanfaatkan kotoran ternak," kata dia.

Pewarta: pewarta: Donatus Dasapurna Putranta

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2013