Kepala BKKBN Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) Muhammad Irzal mengklaim prevalansi stunting di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) tidak berada pada zona merah karena masih dibawah angka nasional. 

"Prevalensi stunting di Indonesia 21,6%, sedangkan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung itu 18,5%. Artinya angka stunting tidak berada pada zona merah dan masih baik,," kata Irzal dalam paparannya di Forum Koordinasi Jurnalis, di Pangkalpinang, Rabu malam.

M.Irzal mengatakan prevalensi stunting di Babel yang berada di angka 18,5% artinya jika ada 100 anak yang lahir, anak yang stunting hanya 18 orang. Setidaknya angka stunting Babel sudah baik dan dibawah angka nasional.

Salah satu penyebab Anak stunting bukan hanya gizi kronis, namun ada faktor lain seperti pola asuh yang tidak sehat. Faktor lainnya yakni menikah sebelum usia 21 tahun atau terlalu muda dan terlalu tua saat hamil serta jarak kehamilan yang terlalu rapat saat melahirkan.

"Kita di Babel ini daerah Kepulauan dan konsumsi ikan sangat banyak. Anak stunting bukan hanya karena gizi kronis, tapi faktor pola asuh yang kurang sehat sehingga BKKBN terus melakukan sosialisasi dan edukasi ke masyarakat," ujarnya.

Selain itu BKKBN juga mengeluarkan kartu kembang anak atau KKA untuk melihat perkembangan Anak sampai usia 2 tahun, seperti Dinas Kesehatan yang mengeluarkan KMS atau kartu menuju sehat yang diberikan ke ibu hamil sampai melahirkan dan usia anaknya 2 tahun.

"Kita juga tak henti-hentinya mengedukasi para Ibu agar pasca melahirkan silahkan menyusui anaknya langsung. Selain itu kita juga melibatkan Bapak Asuh yang sudah berkontribusi memberi perhatian kepada Anak dari keluarga stunting," ujarnya.

Hingga saat ini ada 300 bapak asuh di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang sudah berkontribusi ke 1.000 lebih Anak dari keluarga stunting.

Pewarta: Elza Elvia

Editor : Bima Agustian


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023