Dinas Ketenagakerjaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menyatakan ratusan karyawan smelter timah dirumahkan perusahaan, karena perusahaan pengolahan bijih timah itu banyak tidak beroperasi.
"Saat ini ratusan karyawan smelter dirumahkan, dampak tidak beroperasinya perusahaan smelter tersebut," kata Kepala Disnaker Provinsi Kepulauan Babel Elis Gani di Pangkalpinang, Rabu.
Ia mengatakan kondisi pertimahan di Kepulauan Babel yang mengalami kemerosotan tidak hanya mengancam pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri sektor pertimahan tetapi berdampak terhadap perekonomian masyarakat di provinsi penghasil bijih timah nomor dua terbesar dunia tersebut.
"Saat ini belum banyak kasus PHK di industri timah ini, namun demikian jika operasional smelter ini tidak berjalan tentu sudah banyak pekerjanya dirumahkan," katanya.
Menurut dia kemerosotan produksi dan ekspor timah ini tentunya dapat mengancam PHK dan dapat meningkatkan pengangguran di daerah ini.
"Kondisi pertimahan saat ini cukup mengkhawatirkan, karena dapat membuka pintu pengangguran semakin terbuka lebar," ujarnya.
Ia menyatakan penyerapan tenaga kerja menurut lapangan pekerjaan di Provinsi Kepulauan Babel pada 2023 sektor pertanian, kehutanan dan perikanan 23,13 persen.
Sektor pertambangan dan penggalian sebesar 19,61 persen, perdagangan besar dan eceran 16,96 persen, industri pengolahan 7,66 persen, administrasi pemerintahan 6,29 persen, akomodasi dan makan minum 5,54 persen, konstruksi 4,46 persen, jasa pendidikan 4,21 persen, jasa lainnya 3,49 persen, jasa kesehatan dan kegiatan sosial 2,38 persen, pengangkutan dan pergudangan 1,96 persen dan lainnya.
"Lapangan usaha perdagangan dan pertanian menjadi sektor tertinggi penyerap tenaga kerja yaitu mencapai 16.909 orang," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024
"Saat ini ratusan karyawan smelter dirumahkan, dampak tidak beroperasinya perusahaan smelter tersebut," kata Kepala Disnaker Provinsi Kepulauan Babel Elis Gani di Pangkalpinang, Rabu.
Ia mengatakan kondisi pertimahan di Kepulauan Babel yang mengalami kemerosotan tidak hanya mengancam pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri sektor pertimahan tetapi berdampak terhadap perekonomian masyarakat di provinsi penghasil bijih timah nomor dua terbesar dunia tersebut.
"Saat ini belum banyak kasus PHK di industri timah ini, namun demikian jika operasional smelter ini tidak berjalan tentu sudah banyak pekerjanya dirumahkan," katanya.
Menurut dia kemerosotan produksi dan ekspor timah ini tentunya dapat mengancam PHK dan dapat meningkatkan pengangguran di daerah ini.
"Kondisi pertimahan saat ini cukup mengkhawatirkan, karena dapat membuka pintu pengangguran semakin terbuka lebar," ujarnya.
Ia menyatakan penyerapan tenaga kerja menurut lapangan pekerjaan di Provinsi Kepulauan Babel pada 2023 sektor pertanian, kehutanan dan perikanan 23,13 persen.
Sektor pertambangan dan penggalian sebesar 19,61 persen, perdagangan besar dan eceran 16,96 persen, industri pengolahan 7,66 persen, administrasi pemerintahan 6,29 persen, akomodasi dan makan minum 5,54 persen, konstruksi 4,46 persen, jasa pendidikan 4,21 persen, jasa lainnya 3,49 persen, jasa kesehatan dan kegiatan sosial 2,38 persen, pengangkutan dan pergudangan 1,96 persen dan lainnya.
"Lapangan usaha perdagangan dan pertanian menjadi sektor tertinggi penyerap tenaga kerja yaitu mencapai 16.909 orang," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024