Penjabat Bupati Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, M Haris mengatakan, tradisi Nganggung bagi masyarakat melayu Bangka menjadi sarana pemersatu masyarakat daerah.
"Tradisi Nganggung yang dilakukan masyarakat melayu Bangka dilakukan pada acara tertentu menjadi sarana pemersatu antarmasyarakat, tokoh masyarakat, tokoh agama bahkan pejabat pemerintah," kata M Haris di Sungailiat, Senin.
Pada acara Nganggung yang biasanya di pusatkan di masjid, balai adat, musala, gedung pertemuan dan tempat lain yang ditentukan, masyarakat dari berbagai tempat dan suku dapat berkumpul dan makan bersama.
"Pada saat itu atau makan bersama, tidak membeda-bedakan suku, semua bisa membaur di tempat yang sama," ujarnya.
Nganggung biasanya warga masyarakat membawa makanan dari rumah masing - masing. Makanan yang dibawa menggunakan dulang atau nampan yang ditutup memakai tudung saji berisikan beraneka jenis makanan dan buah - buahan.
Makan bersama dalam dulang dengan cara duduk di lantai beralasan tikar, biasanya setiap dulang berkumpul tiga atau empat orang.
Masyarakat yang ikut Nganggung, cukup menikmati karena ada yang saling tukar makanan atau sekedar hanya ingin mencoba makanan yang lain.
"Tradisi Nganggung kadang disuguhkan menyambut tamu undangan dari luar daerah, cara ini untuk mengenalkan keragaman budaya melayu Bangka yang dikenal ramah serta kuat tali silaturahmi," jelasnya.
Nganggung merupakan tradisi yang dilakukan secara turun temurun sejak nenek moyang hingga saat sekarang.
Di kampung-kampung, adat Nganggung disebut juga Sepintu Sedulang atau Selawang Sedulang, artinya setiap bubung rumah menyediakan makanan untuk dibawa ke masjid atau balai desa, tempat berkumpul masyarakat kampung.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024
"Tradisi Nganggung yang dilakukan masyarakat melayu Bangka dilakukan pada acara tertentu menjadi sarana pemersatu antarmasyarakat, tokoh masyarakat, tokoh agama bahkan pejabat pemerintah," kata M Haris di Sungailiat, Senin.
Pada acara Nganggung yang biasanya di pusatkan di masjid, balai adat, musala, gedung pertemuan dan tempat lain yang ditentukan, masyarakat dari berbagai tempat dan suku dapat berkumpul dan makan bersama.
"Pada saat itu atau makan bersama, tidak membeda-bedakan suku, semua bisa membaur di tempat yang sama," ujarnya.
Nganggung biasanya warga masyarakat membawa makanan dari rumah masing - masing. Makanan yang dibawa menggunakan dulang atau nampan yang ditutup memakai tudung saji berisikan beraneka jenis makanan dan buah - buahan.
Makan bersama dalam dulang dengan cara duduk di lantai beralasan tikar, biasanya setiap dulang berkumpul tiga atau empat orang.
Masyarakat yang ikut Nganggung, cukup menikmati karena ada yang saling tukar makanan atau sekedar hanya ingin mencoba makanan yang lain.
"Tradisi Nganggung kadang disuguhkan menyambut tamu undangan dari luar daerah, cara ini untuk mengenalkan keragaman budaya melayu Bangka yang dikenal ramah serta kuat tali silaturahmi," jelasnya.
Nganggung merupakan tradisi yang dilakukan secara turun temurun sejak nenek moyang hingga saat sekarang.
Di kampung-kampung, adat Nganggung disebut juga Sepintu Sedulang atau Selawang Sedulang, artinya setiap bubung rumah menyediakan makanan untuk dibawa ke masjid atau balai desa, tempat berkumpul masyarakat kampung.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024