Pangkalpinang, (ANTARA Babel) - Provinsi Bangka Belitung (Babel) akan menerapkan perkebunan lada ramah lingkungan selambat-lambatnya pada awal 2014.

Hal tersebut dikemukakan Badan Pengelolaan, Pengembangan dan Pemasaran Lada (BP3L) terkait dengan makin meningkatnya permintaan pasar internasional akan produk yang ramah lingkungan.

"Saat ini semakin banyak pembeli lada kita, terutama di luar negeri yang menginginkan lada dengan metode yang lebih "hijau"," kata Ketua BP3L Babel, Zainal Arifin di Pangkalpinang, Kamis.

Zainal menjelaskan, hampir semua pengimpor lada, terutama dari pasar Eropa, menginginkan produk lada ditanam dan diolah dengan berwawasan lingkungan.

"Apalagi sekarang kita sudah mendapat Sertifikat Indikasi Geografis (SIG) untuk menjamin keamanan dan kualitas komoditas 'Muntok White Pepper' kita," kata Zainal.

Untuk mewujudkan hal tersebut, BP3L telah mengambil beberapa langkah "hijau" antara lain dengan mengganti "junjung" atau tajar mati dengan tajar hidup.

"Tajar hidup jauh lebih ekonomis dan ramah lingkungan. Ekonomis karena lebih murah yakni sekitar Rp1.000 per junjung dibanding tajar mati seharga Rp30 ribu," kata dia.

Selain itu, penggunaan tajar hidup dapat mengatasi penggundulan lahan akibat penebangan kayu yang dulu digunakan sebagai tajar.

Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Provinsi Babel, pada 2010, luas lahan perkebunan lada di Babel seluas 36.421 hektare dengan jumlah produksi sebanyak 15.601 ton. (T.I027/)

Pewarta:

Editor : Wira Suryantala


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2012