Pangkalpinang, (ANTARA Babel) - Ketua Asosiasi Eksportir Lada Indonesia atau AELI Zainal Arifin mengeluhkan makin meluasnya perkebunan kelapa sawit di Bangka Belitung, karena dapat menghambat perkembangan produksi lada.

"Saat ini semakin banyak lahan yang dibuka untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit, dan kami sangat prihatin dengan hal itu, karena menurut kami kelapa sawit tidak ramah lingkungan dan dapat menghambat perkembangan produksi lada," kata Zainal di Pangkalpinang, Kamis.

Ia mengatakan lahan perkebunan yang ditanami kelapa sawit diduga akan mengalami kerusakan karena tanaman kelapa sawit menyerap terlalu banyak air tanah.

"Lahan yang seperti itu tentu saja tidak bisa lagi ditanami lada karena sudah rusak dan butuh waktu untuk direklamasi," kata dia.

Selain itu, kata Zainal, berkembangnya perkebunan sawit di Babel diniali tidak berazaskan perekonomian rakyat.

"Industtri kelapa sawit tidak menguntungkan masyarakat Babel secara menyeluruh, tapi hanya menguntungkan para pemilik perusahaan," kata dia.

Oleh sebab itu, AELI berharap agar pemerintah Babel dapat lebih memberi perhatian terhadap masalah tersebut.

"Kami berharap dinas-dinas terkait dapat melindungi kelangsungan perkebunan lada, apalagi 'Muntok White Pepper' kita sudah mendunia, alangkah sayangnya kalau bisa berkurang produksinya gara-gara sawit," kata dia.

Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Provinsi Babel, pada 2010, luas lahan perkebunan lada di Babel seluas 36.421 hektare dengan jumlah produksi sebanyak 15.601 ton.

Sementara itu, untuk perkebunan kelapa sawit total area berjumlah 34.661 hektare dengan jumlah produksi 99.438 ton.

Pewarta:

Editor : Wira Suryantala


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2012