Jakarta (Antara Babel) - PT Pindad (Persero) bekerja sama dengan SAAB Swedia sepakat mengembangkan produk rudal atau "ground based air defence" (GBAD) yang diproduksi di Indonesia untuk memenuhi keperluan Tentara Nasional Indonesia.

"Kerja sama ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan TNI di kesatuan Artileri Pertahanan Udara (Arhanud)," kata Direktur Utama PT Pindad (Persero) Abraham Mose di di Jakarta, Jumat.

Menurut Abraham, ruang lingkup kerja sama adalah alih teknologi dan produksi bersama dalam bidang sistem senjata pertahanan udara yang akan dilanjutkan dengan proses desain, produksi, dan perakitan di dalam negeri dengan karakteristik produk yang diadaptasikan dengan kebutuhan di Indonesia.

Dalam sinergi itu, Pindad akan menerima solusi turnkey, yaitu rudal RBS70 NG yang dilengkapi dengan radar Giraffe 1X yang ditambahkan pada produk kendaraan taktis Komodo produksi Pindad.

RBS70 NG merupakan rudal dengan teknologi terbaru yang menyediakan sistem pertahanan udara modular yang terintegrasi dan dirancang khusus untuk memungkinkan opsi penyebaran pasukan yang sangat fleksibel. Sistem pengamatan RBS70 NG juga dilengkapi beberapa fitur, seperti thermal imager, auto tracker, dan "identification friend or foe" (IFF).

Sistem pertahanan udara RBS70 NG dapat digunakan oleh seorang personel yang disebut sebagai "man-portable air dDefence system" (MANPADS) juga dapat dipasang di berbagai tipe kendaraan tempur, terintegrasi dengan jaringan dan kendali jarak jauh. Tipe ini merupakan penerus sistem pertahanan udara RBS70 yang dipakai oleh angkatan bersenjata dari 19 negara, termasuk Indonesia.

Sementara Giraffe 1X merupakan radar yang dapat bergerak dinamis untuk pengawasan dan "ground air base defence" (GBAD) jarak pendek, dan dapat memberikan peringatan dini dan kemampuan untuk mendeteksi dan melacak ratusan target pada saat bersamaan, bahkan untuk lingkungan dengan tingkat kekacauan yang sangat tinggi.

Dalam jangka pendek, Pindad akan mendapatkan pusat kompetensi dengan dukungan penuh untuk perawatan dan perbaikan untuk RBS 70 dan sistem radar Giraffe 1X. Sedangkan untuk jangka panjang, proses alih teknologi akan membangun kapabilitas dalam negeri untuk desain, pengembangan, produksi, perakitan, pengujian, dan dukungan logistik.

Abraham Mose memaparkan bahwa dengan kerja sama ini dapat meningkatkan kemampuan Pindad untuk dapat menguasai teknologi rudal dan radar, guna memenuhi kebutuhan pengguna akan keamanan pertahanan udara Indonesia.

"Tren ancaman pertahanan udara saat ini sudah berevolusi, dari 'manned threats' menjadi 'unmanned threats'. Dibutuhkan ekskalasi kemampuan industri pertahanan nasional untuk menguasai teknologi rudal dan radar. Kerja sama Pindad dengan SAAB ini merupakan saat yang tepat untuk mewujudkan hal tersebut," tutur Abraham.

Kerja sama Pindad dan SAAB ini berawal dengan penandatanganan joint proposal di Eurosatory pada tahun 2015 dan hingga saat ini sudah melewati berbagai progress seperti menggelar "one day workshop" hingga joint seminar bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan seluruh pemangku kebijakan dari Kementerian Pertahanan serta industri pertahanan nasional.

Pewarta: Royke Sinaga

Editor : Mulki


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016