Koba (Antara Babel) - Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menyikapi kondisi harga cabai yang mengalami kenaikan cukup tinggi dalam sepekan terakhir.

"Kami bekerjasama dengan Bank Indonesia untuk menyikapi kenaikan harga cabai ini yaitu dengan menyediakan bibit menggalakkan menanam komoditas tersebut," kata Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan UMKM Bangka Tengah, Useng Komara di Koba, Selasa.

Ia menjelaskan, naiknya harga cabai karena terjadi gagal panen di sentra komoditas tersebut akibat cuaca yang ekstrem selama satu bulan terakhir ini dan tidak hanya terjadi di Bangka Tengah saja tetapi hampir seluruh daerah di Indonesia.

"Sekarang ini harga cabai kecil di Bangka Tengah mencapai Rp170.000 per kilogram sedangkan cabai besar Rp100.000 lebih, sebelumnya hanya berkisar Rp90.000 per kilogram dan Rp120.000 per kg untuk cabai kecil," ujar dia.

Sementara harga kebutuhan pokok lainnya, kata Useng Komara  masih terjangkau atau bisa dikatakan stabil kendati terjadi kenaikan sedikit untuk beberapa jenis barang kebutuhan pokok.

"Kenaikan harga cabai ini tidak hanya terjadi sekarang saja, tetapi sebelumnya juga mengalami kondisi yang sama dan mestinya warga dapat mengantisipasi dengan menggalakkan menanam cabai," ujarnya.

Ia mengatakan, menjadi petani cabai itu sangat menguntungkan secara ekonomi karena kondisi harga cabai selalu berubah tergantung dengan situasi dan kondisi yang ada.

"Saya banyak melihat ekonomi masyarakat membaik dan bahkan bisa membeli mobil, menunaikan ibadah haji hanya dengan menekuni menanam cabai. Artinya menjadi petani cabai itu cukup menjanjikan secara ekonomi," ujarnya.

Sementara itu Erni, seorang warga Koba mengaku uang belanja untuk kebutuhan rumah tangga menjadi membengkak karena harga cabai melambung tinggi dan demikian juga dengan harga ikan.

"Cabai itu kebutuhan pokok sangat penting setelah beras, kalau harga cabai mahal tentu sangat memberatkan karena cabai bumbu utama dalam memasak," ujarnya.

Ia mengaku sudah mengurangi memakan cabai untuk menghemat pengeluaran keluarga karena uang dipersiapkan untuk belanja rumah tangga tidak bertambah.

"Penghasilan tidak bertambah, uang belanja juga tidak bertambah sementara harga kebutuhan pokok tinggi tentu kondisi ini membuat ibu rumah tangga pusing tujuh keliling sehingga harus mengurangi porsi belanja agar semua kebutuhan dapur bisa terbeli," ujar dia.

Pewarta: Ahmadi

Editor : Mulki


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017