Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan penghasil timah nomor 1 di Indonesia di susul oleh Riau sebagai nomor 2 dan Kepulauan Riau sebagai nomor ke 3 terbesar penghasil timah. 

Tercatat bahwa wilayah Kepulauan Bangka Belitung ini mendominasi sampai 90 persen dari produksi timah nasional. Daerah ini sudah dari dahulu kala bergantung dalam sektor pertambangan timah yang menjadi pendorong ekonomi sejak zaman Kolonial Belanda. 

Selain dari pada memiliki kekayaan tambang timah, Bangka Belitung juga memiliki kekayaan alam yang melimpah dan budaya yang sangat menarik,menjadi daya tarik bagi para wisatawan untuk datang berkunjung di Kepulauan Bangka Belitung. 

Di balik dari pada itu, Bangka Belitung saat ini sedang menghadapi ancaman kerusakan lingkungan yang serius akibat maraknya tambang ilegal. Kegiatan tambang ilegal ini menjadi persoalan yang belum terselesaikan hingga saat ini,sering kali kegiatan tambang ilegal ini di lakukan bahkan di kawasan yang di lindungi. 

Pertambangan timah memang memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap daerah dan membuka peluang lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. Namun, efek negatif dari kegiatan ini tidak bisa dikesampingkan begitu saja. Dampaknya dapat di rasakan oleh masyarakat dan lingkungan sekitaran itu sendiri seperti pencemaran air dan udara, penurunan kualitas tanah, masalah kesehatan (paparan timbal yang menyebabkan anemia, gangguan saraf, serta paparan radiasi dari bahan radioaktif alami), kerugian ekonomi seperti hilangnya lahan pertanian, penurunan mata pencarian nelayan, dan kerusakan laut.

Tak hanya masyarakat dan lingkungan, tetapi satwa-satwa endemik daerah itu sendiri menjadi terancam punah yang di mana hutan-hutan yang menjadi tempat mereka tinggal di jadikan lokasi tambang timah. Serta sering kali di temui kasus-kasus buaya menyerang manusia dikarenakan tempat hidup berkembang biak mereka semakin menyusut akibat banyak di jadikan tempat tambang timah. Ini menjadi bukti nyata bahwa rusaknya habitat alami mendorong satwa liar semakin dekat dengan manusia.

Banyak tempat bekas tambang yang di biarkan begitu saja lalu memakan korban seperti anak-anak yang berenang dan bermain di tempat bekas tambang itu tanpa pengawasan orang dewasa dan berakhir dengan musibah tenggelam,sering sekali anak-anak bermain di daerah bekas tambang yang di mana kita tidak tau apakah kadar air saat itu baik untuk tubuh.

Banyak hutan-hutan yang menjadi gundul dan laut-laut menjadi rusak yang membuat para  nelayan sulit untuk mencari ikan-ikan sebagai mata pencarian.Tempat-tempat pariwisata pun ikut terkena dampak karena air yang bisa menjadi keruh dan pemandangan terganggu akibat banyak perahu ponton.

Hal ini menjadi perhatian penuh bagi pemerintah untuk menangani kasus-kasus tambang ilegal di Kepulauan Bangka Belitung, di perlukan kerjasama antara pemerintah, perusahaan tambang, masyarakat, dan Para aparat penegakan hukum pun terhadap tambang ilegal harus di perketat, serta di berlakukan program rehabilitasi lahan dan pengembalian ekosistem sungai di bekas tambang timah tersebut.

Pariwisata harapan ekonomi berkelanjutan 

Terlepas dari pertambangan timah, sektor pariwisata menawarkan peluang-peluang besar dalam pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.

Di Kepulauan Bangka Belitung memiliki tempat-tempat pantai yang cocok untuk di kunjungi seperti pantai tanjung tinggi, pantai lengkuas, pantai tanjung kelayang. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat tak harus selalu bergantung kepada penghasilan timah tetapi sektor pariwisata di Kepulauan Bangka Belitung menjadi opsi pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan, ditambah kekayaan budaya di Bangka Belitung makanan-makanan khas nya bisa menjadi daya tarik para wisatawan untuk berkunjung dan menjadikan modal tambahan untuk menciptakan sektor pariwisata yang lebih serius.

Tak terlepas dari pada peran masyarakat tetapi juga peran pemerintah setempat sangat di butuhkan, diperlukan nya infrastruktur yang memadai, sumber daya tenaga manusia, menjadi peran yang sangat penting agar kemajuan daerah menjadi lebih tinggi.

Permasalahan disini kita bukan sekedar bagaimana kita sebaiknya memilih antara tambang atau pariwisata tetapi bagaimana kita dapat menyeimbangkan kedua hal tersebut dengan bijak dalam memenuhi pembangunan yang berkelanjutan kedepannya.

Pemerintah perlu membuat perubahan ekonomi yang jelas dengan mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap tambang dan beralih dengan pemanfaatan sektor pariwisata, kuliner, budaya, perikanan, dan UMKM secara perlahan.

Mulai dari saat ini, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tidak harus lagi bergantung dengan tambang timah tetapi bisa beralih kepada pemanfaatan kekayaan yang ada di permukaan tanah dan laut nya.

Selain itu, salah satu langkah penting yang perlu segera dilakukan adalah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak jangka panjang dari tambang ilegal. Memberikan edukasi lingkungan sejak usia sekolah bisa menjadi dasar agar generasi muda lebih peduli terhadap perlindungan lingkungan. 

Pemerintah juga bisa mendorong program pemberdayaan ekonomi kreatif yang berbasis lokal, seperti kerajinan tangan dari bahan alami, produk makanan khas daerah, hingga festival budaya tahunan yang bisa menarik wisatawan. Dengan cara ini, masyarakat memiliki pilihan penghasilan lain selain tambang timah.

Walaupun memang tidak mudah,tetapi kita memang harus beralih secara perlahan agar para penerus bangsa ini masih bisa merasakan keindahan alam dan kekayaan alam nya yang berlimpah.

Dengan kerjasama komitmen antara pemerintah, masyarakat, perusahaan timah, dan aparat penegak hukum, Bangka Belitung bisa lebih maju dalam pembangunan daerah secara berkelanjutan.

*) Penulis adalah Mahasiswa Universitas Bangka Belitung

Pewarta: Muhammad Adhiim Akbar *)

Editor : Bima Agustian


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2025