Pangkalpinang (Antara Babel) - Sebagian warga terutama kalangan anak di Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih gemar memainkan permainan tradisional meriam bambu kendati menimbulkan suara yang sangat keras.

Alfin, seorang anak di Pangkalpinang, Kamis, mengaku senang memainkan meriam bambu yang hanya muncul setiap bulan suci Ramadhan saja.

"Kalau sudah masuk Ramadhan pasti ada permainan meriam bambu. Saya senang memainkannya kendati harus hati-hati karena bisa menimbulkan percikan api di lubang sumbu," katanya.

Meriam bambu merupakan permainan tradisional terbuat dari batang bambu yang diisi bahan bakar jenis minyak tanah dan potongan kain sumbu untuk bisa mengeluarkan suara keras layaknya sebuah meriam asli namun bukan sejenis senjata api.

"Cara memainkan meriam bambu ini tidak mudah karena harus dipancing dengan menggunakan ranting kayu dalam keadaan terbakar kemudian dimasukkan ke lubang sumbu yang berisi minyak dan potongan kain sebagai sumbunya," katanya.

Sementara Asri, warga lainnya mengatakan meriam bambu adalah permaian tradisional dimana pada zaman dahulu sangat tidak asing lagi dan sering dimainkan dalam bulan suci Ramadhan.

"Meriam bambu ini menghasilkan suara cukup keras karena pertemuan api dari ranting kayu dengan kain dan minyak mampu menghasilkan bunyi cukup keras. Saya tidak tahu siapa pertama kali menemukan permainan meriam bambu ini, namun yang pasti ini sudah menjadi permainan masyarakat di tanah Melayu," ujarnya.

Ia mengatakan, kalau zaman dahulu meriam bambu sering digunakan para petani atau peladang padi untuk mengusir hewan babi yang memakan padi mereka.

"Bunyinya sangat keras, babi hutan akan terkejut dan lari keluar dari ladang padi. Namun entah sejak kapan, akhirnya meriam bambu ini menjadi permainan khas masyarakat yang tinggal di desa selama bulan suci Ramadhan," ujarnya.

Pewarta: Ahmadi

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017