Amman, Yordania (Antara Babel) - Yordania dan Turki pada Senin (21/8)
menyatakan menolak upaya apa pun untuk mengubah status quo kompleks
Masjid Al-Aqsa menurut laporan kantor berita resmi Yordania, Petra.
Raja Yordania Abdullah II dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan membahas beberapa masalah regional termasuk masalah Palestina dan situasi di wilayah tersebut dalam pertemuan di Amman.
Dalam pernyataan bersama mereka, kedua pemimpin menekankan bahwa penyelesaian masalah Palestina adalah kunci bagi Timur Tengah, menyerukan pembicaraan damai serius dan efektif menuju pembentukan Negara Palestina Merdeka berdasarkan penyelesaian dua-negara.
Mereka mengatakan setiap pembicaraan perdamaian mesti sejalan dengan gagasan perdamaian Arab 2002 dan mesti sejalan dengan kerangka waktu khusus. Kedua pemimpin juga menyatakan bahwa negara Palestina masa depan mesti berada di perbatasan 1967 dengan Jerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Mereka juga menyampaikan penentangan terhadap upaya-upaya Israel untuk mengubah status quo di Yerusalem dan Masjid Al-Aqsa, dan mengecam semua tindakan sepihak Israel berkaitan dengan itu.
Presiden Turki juga menyampaikan penghargaan bagi upaya Yordania dalam melindungi tempat suci di Yerusalem, dan menegaskan bahwa Yordania dan Turki akan terus bekerja sama erat mencegah pelanggaran Israel di Masjid Al-Aqsa.
Ia juga menyerukan peningkatan kerja sama tingkat negara Islam guna menghadapi tantangan bersama, terutama berkaitan dengan kondisi mendesak yang dihadapi negara-negara Muslim.
Mengenai Suriah, mereka kembali menyampaikan seruan kepada masyarakat internasional untuk meningkatkan bantuan buat negara yang terdampak krisis Suriah.
Mereka juga menggaris-bawahi perlunya penyelesaian politik bagi krisis di Suriah dan mewujudkan aspirasi rakyat Suriah serta menjamin persatuan negara itu, demikian menurut warta kantor berita Xinhua.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017
Raja Yordania Abdullah II dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan membahas beberapa masalah regional termasuk masalah Palestina dan situasi di wilayah tersebut dalam pertemuan di Amman.
Dalam pernyataan bersama mereka, kedua pemimpin menekankan bahwa penyelesaian masalah Palestina adalah kunci bagi Timur Tengah, menyerukan pembicaraan damai serius dan efektif menuju pembentukan Negara Palestina Merdeka berdasarkan penyelesaian dua-negara.
Mereka mengatakan setiap pembicaraan perdamaian mesti sejalan dengan gagasan perdamaian Arab 2002 dan mesti sejalan dengan kerangka waktu khusus. Kedua pemimpin juga menyatakan bahwa negara Palestina masa depan mesti berada di perbatasan 1967 dengan Jerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Mereka juga menyampaikan penentangan terhadap upaya-upaya Israel untuk mengubah status quo di Yerusalem dan Masjid Al-Aqsa, dan mengecam semua tindakan sepihak Israel berkaitan dengan itu.
Presiden Turki juga menyampaikan penghargaan bagi upaya Yordania dalam melindungi tempat suci di Yerusalem, dan menegaskan bahwa Yordania dan Turki akan terus bekerja sama erat mencegah pelanggaran Israel di Masjid Al-Aqsa.
Ia juga menyerukan peningkatan kerja sama tingkat negara Islam guna menghadapi tantangan bersama, terutama berkaitan dengan kondisi mendesak yang dihadapi negara-negara Muslim.
Mengenai Suriah, mereka kembali menyampaikan seruan kepada masyarakat internasional untuk meningkatkan bantuan buat negara yang terdampak krisis Suriah.
Mereka juga menggaris-bawahi perlunya penyelesaian politik bagi krisis di Suriah dan mewujudkan aspirasi rakyat Suriah serta menjamin persatuan negara itu, demikian menurut warta kantor berita Xinhua.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017