Pangkalpinang (Antara Babel) - Ratusan pelajar dan mahasiswa di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengikuti dialog kebangsaan yang digelar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Bangka sebagai upaya mencegah penyebaran paham radikalisme dan terorisme di daerah itu.

"Kami mengundang perwakilan pelajar dan mahasiswa di Kepulauan Babel karena sebagai generasi penerus harus memiliki wawasan kebangsaan untuk menangkal penyebaran paham radikalisme dan terorisme," kata Ketua PMII Cabang Bangka, Zamzibar di Pangkalpinang, Kamis.

Ia menerangkan isu SARA yang menguat beberapa waktu yang lalu dapat mengganggu hubungan toleransi antarumat beragama sehingga dikhawatirkan dapat timbul perpecahan.

"Perpecahan yang terjadi di masyarakat, pelajar dan mahasiswa dapat mempermudah kelompok tertentu menyebarkan paham radikalisme maupun terorisme sehingga dapat mengganggu situasi yang damai," ujarnya.

Mantan pimpinan teroris di Asia Tenggara, Nasir Abbas mengatakan bahwa proses perekrutan anggota teroris diawali dengan menyebarkan paham kebencian terhadap kelompok tertentu maupun pemerintah sehingga dengan mudah didoktrin untuk melakukan tindakan teror.

"Pelajar dan mahasiswa perlu bersikap kritis terhadap upaya penyebaran paham kebencian seperti pernyataan yang membandingkan nilai-nilai keagamaan dengan kebangsaan yang dapat menggiring seseorang memusuhi dan tidak puas terhadap negaranya sendiri," terangnya.

Menurut Abbas, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa negara yang baik memiliki kriteria pemimpin yang dipilih oleh masyarakatnya, orang kaya yang memberikan sebagian hartanya kepada negara dan mengedepankan musyawarah.

"Ketiga hal tersebut telah dimiliki oleh Indonesia sehingga tidak ada alasan bagi kelompok tertentu untuk mempertentangkan ideologi dan arah perjuangan bangsa," katanya.

Sementara itu, Dekan FISIP Universitas Bangka Belitung, Dr Ibrahim, MSi menyatakan penyebab seseorang memiliki paham radikal ialah lemahnya kesadaran kritis, pemahaman ajaran agama yang lemah, menerima doktrin yang keliru, pemahaman yang keliru terhadap permasalahan ekonomi dan politik di suatu negara.

"Seseorang yang memiliki paham radikal cenderung bersikap tertutup, primordial dan tidak menerima perbedaan sebagai anugerah sehingga apabila diyakini sebagai kebenaran maka akan mendorongnya untuk melakukan tindakan teror," katanya.

Ia mengatakan pelajar dan mahasiswa membutuhkan peran orang tua yang aktif, pengajar yang dapat membentuk karakter dan tokoh agama yang mencerahkan sehingga dapat menangkal penyebaran paham radikalisme dan terorisme di kalangan generasi muda.

Pewarta: Mahendra

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017