Pangkalpinang (Antara Babel) - Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menggelar dialog kebangsaan untuk meningkatkan peran semua elemen dalam menangkal paham radikal di daerah itu.
"Peran berbagai elemen seperti pemerintah, TNI/Polri, mahasiswa, dan akademisi sangat penting dengan terus berdialog menyikapi isu-isu radikalisme yang saat ini berkembang," kata Ketua PMII Bangka, Zamzibar di Pangkalpinang, Minggu.
Ia menerangkan pascareformasi dengan terbukanya proses demokratisasi radikalisme dapat tumbuh cepat sehingga perlu diwaspadai.
"Kami sebagai mahasiswa selalu mendorong pemerintah dan TNI/Polri agar mampu mencegah penyebaran paham radikalisme yang semakin masif dan peran pemuda harus mampu mewaspadai penyebaran paham radikal, karena menyangkut masalah kebangsaan dan keagamaan," katanya.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Babel, Zayadi mengatakan beberapa penelitian menyebutkan bahwa radikalisme di kalangan pemuda sudah ditanamkan sejak di lembaga pendidikan tingkat menengah.
"Penanaman radikalisme di SMA sering dilakukan oleh para alumni melalui pembinaan-pembinaan kerohanian sehingga perlu diantisipasi bersama," ujarnya.
Menurut dia salah satu faktor mudah masuknya paham radikal karena saat ini masyarakat lebih memilih mempelajari ilmu agama melalui media sosial dibandingkan belajar langsung kepada ulama.
"MUI tidak merekomendasikan kepada masyarakat terutama pemuda untuk mempelajari agama melalui media sosial sebelum mengetahui latar belakang ajarannya," ujarnya.
Perwakilan Korem 045/Garuda Jaya, Mayor TNI Tiyaso menyatakan empat konsensus dasar seperti Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, UUD 1945, dan NKRI harus dipegang teguh oleh warga negara Indonesia untuk menangkal radikalisme.
"Implementasi empat konsensus tersebut antara lain saling menghormati antarpemeluk agama, memelihara rasa senasib dan sepenanggungan, dan penguatan moral keagamaan bagi generasi muda," katanya.
