Muntok (Antara Babel) - Distribusi kompor dan tabung gas tiga kilogram di Kelurahan Tanjung, Muntok, Kepulauan Bangka Belitung terpaksa dihentikan sementara karena mendapat penentangan dari sekelompok warga setempat.
"Penghentian sementara distribusi kompor dan gas program konversi ini terpaksa kami lakukan, menyusul munculnya kritikan dari sebagian kalangan yang mempersoalkan biaya angkut yang dikenakan sebesar Rp10.000 per warga penerima," ujar Kepala Kantor Lurah Tanjung Rosita di Muntok, Kamis.
Ia menjelaskan, beberapa hari terakhir ada pihak yang memasalahkan pungutan uang sebesar Rp10.000 per warga penerima sebagai ongkos pengganti transportasi tabung sampai ke rumah warga.
Menurut dia, pungutan tersebut bukan pungutan liar tetapi sudah melalui kesepakatan dengan warga penerima yang diketahui pejabat RT dan RW setempat.
"Uang pungutan tersebut bukan sebagai pengganti atau membeli tabung dan kompor, tetapi sebagai pengganti biaya angkut para petugas yang membagi dan mengantar sampai ke rumah warga," kata dia.
Ia menjelaskan, selama ini pihaknya tidak memiliki anggaran untuk distribusi tabung gas dan kompor, sementara pihak distributor Pertamina hanya mengantar gas dan kompor sampai di Kantor kelurahan, tidak sampai ke rumah warga,
Untuk mengatasi hal itu, pihaknya mengambil kebijakan yang didahului melalui musyawarah dengan pihak RT dan RW terkait teknis pendistribusiannya.
"Mengingat kami tidak punya biaya angkut ke rumah warga maka kami meminta pihak RT untuk membicarakan dengan warga, dan warga sepakat dibebani biaya Rp10.000 per warga penerima," ujarnya.
Ia menambahkan, dalam kebijakan itu juga disepakati uang pungutan tersebut tidak wajib, kalau warga penerima memang benar-benar tidak mampu maka tidak perlu membayar dan tabung gas serta kompor tetap disalurkan kepada warga tersebut.
Setelah kebijakan itu berjalan, kata dia, belum sampai seluruhnya didistribusikan, namun belakangan ada pihak yang mempermasalahkan pungutan itu.
"Daripada menjadi masalah, kami terpaksa menghentikan pendistribusian sampai ada solusi," kata dia.
Hal ini diungkapkan Rosita, terkait kedatangan puluhan warga Kelurahan Tanjung ke Kantor Keluraan Tanjung, pada Kamis pagi, yang meminta tabung dan kompor tetap didistribusikan.
Kedatangan warga itu menyampaiakan bahwa mereka tidak merasa keberatan dengan penarikan uang Rp10.000.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014
"Penghentian sementara distribusi kompor dan gas program konversi ini terpaksa kami lakukan, menyusul munculnya kritikan dari sebagian kalangan yang mempersoalkan biaya angkut yang dikenakan sebesar Rp10.000 per warga penerima," ujar Kepala Kantor Lurah Tanjung Rosita di Muntok, Kamis.
Ia menjelaskan, beberapa hari terakhir ada pihak yang memasalahkan pungutan uang sebesar Rp10.000 per warga penerima sebagai ongkos pengganti transportasi tabung sampai ke rumah warga.
Menurut dia, pungutan tersebut bukan pungutan liar tetapi sudah melalui kesepakatan dengan warga penerima yang diketahui pejabat RT dan RW setempat.
"Uang pungutan tersebut bukan sebagai pengganti atau membeli tabung dan kompor, tetapi sebagai pengganti biaya angkut para petugas yang membagi dan mengantar sampai ke rumah warga," kata dia.
Ia menjelaskan, selama ini pihaknya tidak memiliki anggaran untuk distribusi tabung gas dan kompor, sementara pihak distributor Pertamina hanya mengantar gas dan kompor sampai di Kantor kelurahan, tidak sampai ke rumah warga,
Untuk mengatasi hal itu, pihaknya mengambil kebijakan yang didahului melalui musyawarah dengan pihak RT dan RW terkait teknis pendistribusiannya.
"Mengingat kami tidak punya biaya angkut ke rumah warga maka kami meminta pihak RT untuk membicarakan dengan warga, dan warga sepakat dibebani biaya Rp10.000 per warga penerima," ujarnya.
Ia menambahkan, dalam kebijakan itu juga disepakati uang pungutan tersebut tidak wajib, kalau warga penerima memang benar-benar tidak mampu maka tidak perlu membayar dan tabung gas serta kompor tetap disalurkan kepada warga tersebut.
Setelah kebijakan itu berjalan, kata dia, belum sampai seluruhnya didistribusikan, namun belakangan ada pihak yang mempermasalahkan pungutan itu.
"Daripada menjadi masalah, kami terpaksa menghentikan pendistribusian sampai ada solusi," kata dia.
Hal ini diungkapkan Rosita, terkait kedatangan puluhan warga Kelurahan Tanjung ke Kantor Keluraan Tanjung, pada Kamis pagi, yang meminta tabung dan kompor tetap didistribusikan.
Kedatangan warga itu menyampaiakan bahwa mereka tidak merasa keberatan dengan penarikan uang Rp10.000.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014